Sweet Moment

Agus Prianto
Chapter #3

Massage

Selina berjalan di dalam rumah Darrell. Perempuan itu mencari keberadaan anaknya yang entah ada di mana?

Lantas, ia mencari Deva di dalam ruangan-ruangan yang tidak dikunci.

Hingga pada akhirnya, Selina menemukan ruangan yang dicurigai. Yakin ada anaknya di dalam ruangan tersebut, Selina langsung masuk. Dan langsung mengedarkan ekor mata di dalam ruangan tersebut.

“Little boy!” serunya girang. Perempuan itu berlari setelah melihat anaknya yang sedang tertidur di atas kasur.

Dia menggendong bayi itu dan menciuminya dengan posesif. Sesekali ia menempelkan pipinya dengan pipi gembul itu.

“Kamu baik-baik saja ‘kan?” tuturnya. “Papa enggak apa-apain kamu ‘kan?” Selina memandang wajah bayi itu yang sedang menggeliat. Tahu kalau anaknya merasa kelaparan, Selina langsung membuka kancing pada kemejanya. Dan menyodorkan payudara guna menyusui sang bayi kecil.

Ia tidak menyangka, kalau Darrell tega akan meninggalkan anaknya sendirian di rumah yang megah ini. Akibatnya, ia jadi ragu untuk menitipkan bayi itu kepada Darrell.

Selina memejamkan kelopak mata, kemudian menghela napas panjang. Ia perlu istirahat dulu, untuk memutuskan yang terbaik.

Perempuan itu membuka kasut, dan mulai menaiki tempat tidur. Ia duduk di dekat kepala tempat tidur, dan bersandar di sana.

***

“Kau yakin akan merawat bayi itu, Darrell?” tanya Elden. Kemudian laki-laki itu meneguk Champagne yang dipesannya siang ini.

Tatapan pria itu tidak pernah luput dari Darrell yang tampak serius menanggapinya.

“Serius, El. That baby is so handsome. I like her. And I'll make it the holder of the property of the davinch family,” tutur Darrell bersungguh-sungguh.

Saat itu juga, Elden tersedak minumannya. Dia kaget dengan pernyataan Darrell. “Are you sure?” tanyanya terpotong-potong, karena batuk yang tak kunjung reda.

Darrell melihat hal itu—hanya bisa terkekeh sembari memegangi gelas wine yang masih berisikan Champagne.

Setelah merasa lebih tenang, Elden menaruh gelas wine itu di atas konter bar. Dia mulai menatap temannya itu dengan serius.

“Kau sudah yakin seratus persen? Kenapa bisa secepat itu? Bagaimana dengan keluargamu yang pasti tidak akan menerima bayi itu?” Elden menjeda dengan mulut yang masih setengah terbuka.

“Elden, aku sudah mempertimbangkan hal itu dengan baik. Kau tenang saja, tidak akan terjadi hal yang buruk.”

“Keluargamu?”

“Mereka bisa ku atasi. Justru mereka pasti akan merasa senang. Karena Davinci kedatangan keluarga baru.

“Bayi yang sangat tampan dan cocok jika dijadikan sebagai pewaris harta Davinci.

“Kau harus pecaya padaku, El. Dan dukung aku agar bisa membesarkan bayi tersebut,” tuturnya seraya menielaskan.

Elden terdiam, ia tampak berpikir. Kemudian kembali berucap, “Masalahnya, aku juga kerja, Darrell.

Cukup masa lalu saja yang telah menjadikanku sebagai pencuri yang andal. Dan mendapatkan pengalaman yang begitu buruk kala itu.

Lihat selengkapnya