SWEET NOTHING

Kejora Anaphalisia
Chapter #1

SATU

Fella akan menyeret tetikus, hendak menutup semua tab. Pada laman Instagram yang dari tadi mengambil fokusnya, sepasang mata itu memelotot pada postingan terbaru. Terlihat gadis muda bermata sipit tengah memelut erat pacarnya. Senyumnya rekah dengan puncak hidung menempel di pipi kanan lelaki di sampingnya, yang juga melepas senyum cukup lebar.

Lelaki di foto itu, pernah bersamanya selama empat tahun. Hari-harinya begitu bahagia sampai setahun lalu mendadak hubungan mereka berakhir begitu saja. Penjelasan yang tak sanggup dimengerti Fella dan...

“Masih ngebet stalking kamu rupanya.”

Dia berjengit. Buru-buru menutup semua tab. “Aku ngerjain skripsi, Rif.”

Rifgi nama cowok yang sekarang berdiri di dekatnya tampak miris. “Aku percaya kamu berniat mengerjakan skripsimu yang lagi-lagi teralih suatu hal nggak penting. Pekerjaanmu terhambat dan kamu justru makin sakit hati.”

“Iya, iya. Bawel!”

“Lantainya sudah dipel?” Rif menengok penanda waktu di sudut layar komputer. “Sebentar lagi anak-anak pada datang, lho.”

Diangkat telapak tangannya kemudian ujung telunjuk dan jempolnya menyatu membentuk lingkaran. “Kamu sendiri siap-siap sana. Jangan ketiduran lagi kayak kemarin.”

Rif menyingkir tiba-tiba berbalik lagi, “Hei, jangan lupa kontak lagi Hani, jadwalnya digeser sementara menggantikan Seno. Satu lagi, Fel, tolong ke kedai seberang. Pesanin minum sama donat, seperti biasanya.”

Sebagai pegawai yang bertugas di fontdesk, Fella juga mengambil alih kegiatan bersih-bersih. Tidak masalah, Rif, sahabat sekaligus atasannya itu menggajinya cukup baik. Hanya, cowok itu kadang agak mengesalkan, dia mengembuskan napas kuat-kuat setelah dirinya sendirian. Bayang-bayang foto yang tadi dilihatnya berputar terus di kepalanya. 

Demi mengusir patah hatinya maka Fella segera menyibukkan diri. Menghubungi tiga tutor yang akan mengajar hingga malam nanti, memastikan mereka hadir. Berikutnya mengambil peralatan pel dan mulai menggosok lantai. Usai pekerjaan satu itu, Fella beralih pada kain lap dan pembersih kaca untuk disemprotkan di bagian luar pintu, plang kayu berukir bertuliskan GYAN’S. 

Helai dedaunan terserak di pekarangan. Fella melirik pada dinding pembatas di sisi kanan, jejeran Pohon Angsana sudah sangat lebat. Lagi, foto tadi menyela konsentrasi Fella. Mungkin alasan mengapa dia belum bisa berhenti memikirkan cowok itu bukan hanya karena Fella masih mencintai melainkan karena dia belum bisa menerima diputuskan secara sepihak. 

Sepuluh menit menjelang pukul tiga sore, tiga gadis mungil menyapanya riang. Dibalas Fella dengan ramah. Dia akan beranjak ke Shade, kedai smoothie di seberang jalan tak jauh dari GYAN'S, Rif muncul. 

"Tanyakan juga pada Sandra, kapan Dean tiba di sana."

"Siapa itu?" Fella membeliakkan mata. "Anaknya Pak Rahadi, bukan? Aku dikenalin dong kalau dianya di sana."

"Aku memang kepikiran, biar kamu bisa move on." Rif tertawa lalu Fella langsung menepak kuat-kuat lengannya. "Becanda ah. Kemarin Dean menghubungiku, akan bekerja di kedai ayahnya. Hanya itu yang kutahu karena telepon Dean sampai sekarang nggak aktif."

Fella menguak pintu kedai. Kecuali Sandra yang berdiri di balik bar, suasana kedai kosong. Perempuan itu menyapanya. Fella menyebutkan pesanan Rif, coffe risp smoothie dan dua donat. Donat kentang buatan Sandra adalah terbaik yang pernah Fella coba, sayang sekali kedai ini semakin hari sepertinya tidak lagi diminati.

Lihat selengkapnya