SWEET NOTHING

Kejora Anaphalisia
Chapter #8

Delapan

Ulasan di akun SHADe memang banyak, Dean hanya kesal karena sebagian justru mengomentari dirinya dan Sandra, bukan pada apa yang mereka beli. Rasa kesal itu memuncak ketika menyadari pengunjung memotretnya diam-diam, Dean tidak bisa melakukan apa pun selain memelotot. Alih-alih ketakutan, mereka kompak cekikikan.

Ini baru bulan pertama Dean di kedai, tidak ada perkembangan berarti. Oke, dibandingkan seminggu keberadaannya di kedai, tentu ini kemajuan. Enam bulan, Dean mematok akan hengkang dari sini. Setahun kalau Rahadi mengungkit ganti rugi, tidak, mungkin bertahun-tahun-

"Dean?" Sandra menatapnya bingung. Dibalas Dean dengan gelengan. "Mereka hanya remaja puber. Jangan kamu anggap serius ah."

"It's impolite!" gerundelnya.

"Ini, kan, bukan kali pertama kamu begini. Susah payah kita bisa seperti sekarang." Kali ini Dean menyugar rambut asal, dihadiah jeritan lagi. Dean pura-pura menulikan telinga. "Om Rahadi akan datang, mungkin tengah malam bahkan subuh."

Untuk Sandra, Dean menggerakkan bola mata. Pesan itu sudah didengarnya berulang-ulang. Apakah dia sebaiknya tahu untuk menyambut Bos Besar mereka dengan nafiri?

Dean melayani dua pengunjung remaja ingusan, kali ini Dean benar-benar enggan memasang ekspresi senyum terpaksa itu. Ketika menjulurkan kembalian, Dean tetap memasang wajah jutek. Siksaannya belum berkurang ketika mendapat Hani sudah di kedai, melangkah lebih cepat ke arahnya.

Hani perempuan cantik walau rambut merah menyala itu terlalu mencolok. Akan tetapi, cerewet dan agresif bukan tipenya. Tidak seperti Yasmin. Anggun, dewasa, cantik-

"Buat Mas Dean."

Kotak berukuran sedang dikeluarkan dari tote bag yang diletakkan Hani sebelumnya di meja kasir. Makanan, entah apa isinya, semakin Dean merasa diikat perempuan ini.

"Saya masih harus kerja, Hani. Mungkin nanti bakal saya habiskan."

"Aku ngajar hari ini sampai malam, Mas Dean ke sana dong kalau ada waktu." Dua pengunjung menggeser Hani. Hanya sebentar, Hani kembali bergerak ke depan. "Mau ya, Mas?"

Bolu pandang cokelat yang diberikan Hani, hanya dilahap Dean seiris lalu memberikannya pada Sandra, tak peduli Sandra memberikan wejangan betapa tak sopan dirinya.

Biasanya Dean mengunyah apel di balkon atau berselonjor di rooftop setelah petang, saat seperti itu kedai tidak terlalu ramai. Sandra bisa mengatasinya sendirian. Kali ini tidak, Rahadi datang lebih awal dari rencana. Tidak langsung ke kamar melainkan duduk di meja pengunjung menikmati smoothie. Barangkali memantau perkembangan. Dia tidak lama duduk di sana, mengatakan smoothie miliknya enak dan ke atas. Selama sisa waktu menanti kedai tutup, Dean terus di sana.

Sandra mengetuk pintu kamarnya terlalu pagi, dengan keras pula.

Rupanya mengajak Dean ke bawah dan tidak menerima bantahan, malah berhasil menariknya bergabung dengan Rahadi yang sudah duduk menyeruput kopi. Memang sebaiknya dia mengiakan ajakan Rifgi semalam.

Nasi goreng, juga terdapat cinnamon roast menggelitik ujung penciumannya. Rahadi menyapa dengan menggerakkan cangkir kopinya. Baiklah, dia akan duduk mengikuti kehendak Sandra, mendengar sebisanya ketika Sandra dan Rahadi mengobrol. Sedikit lagi rotinya habis, dia bisa pamit ke atas. Celakanya, Rahadi lebih dulu membuka percakapan. "Sebulan lalu Romi melangsungkan pernikahan. Segala tetek bengek pernikahan digunakan dari uang yang dicurinya darimu."

Dean sudah menduganya kecuali Rahadi yang menyelidiki Romi.

"Kita bisa menjebaknya, tentu agak memakan waktu."

Lihat selengkapnya