Sweet Time

Erlanda Simamora
Chapter #3

Asa butuh peran

Ada tapi seperti tak kasat mata.

...

"Asa anak piatu!"

"Asa gak punya Mama!"

"Mama Asa udah pergi!"

Sekumpulan anak terus saja meneriakkan kalimat yang sama. Menegaskan bahwa gadis kecil bernama Asa itu tidak memiliki ibu.

"Gak mau temanan sama Asa deh, soalnya dia gak punya mama,"

"Iya benar, Papa Asa juga gak pernah kelihatan. Jangan-jangan.."

"Asa gak punya orang tua!"

Tawa mereka, juga tatapan penuh ejekan. Semua terekam jelas dalam ingatan gadis kecil itu.

"Asa punya Mama kok. Mama Asa istimewa, jadi kalian gak bisa lihat dia," teriak Asa.

Bukannya mendengarkan, mereka justru tertawa semakin keras. Tawa yang seperti pisau yang siap melukai Asa.

Dia punya mama, tetapi tidak bisa melihat kehadirannya.

Dia punya papa yang nyata, tetapi tidak dapat perannya.

Bukankah kisah itu terlalu menyedihkan untuk gadis yang bahkan baru berusia 9 tahun?

"Asa anak yatimpiatu!"

"Asa gak punya mama!"

Ejekan demi ejekan terus mereka lemparkan, tanpa peduli betapa sakit yang dirasakan oleh Asa saat ini.

"Hei! Apa yang kalian lakukan! Kenapa mengganggu teman kalian sendiri?"

Seorang anak laki-laki hadir dan menghalau mereka semua. Menyisakan Asa dan dirinya.

"Kamu gak apa-apa?"

Sorot penuh kasihan

Asa sungguh membencinya. Benci cara orang menatapnya, seakan dia manusia paling menyedihkan di dunia.

Asa mengabaikan tangan yang terulur, memilih untuk pergi. Hatinya terlalu sakit untuk menerima rasa kasihan dari orang lain.

Bahkan hingga sekolah berakhir, Asa hanya berdiam diri di perpustakaan. Meringkuk di antara tumpukan buku. Mungkin tidak akan ada yang menemukannya di sana. Atau lebih buruk, tidak ada yang merasa kehilangan. Tidak akan ada yang mencarinya.

"Mama, mereka jahat. Padahal Mama ada di sini, kenapa mereka terus mengatakan kalau Mama udah pergi jauh?"

Gadis kecil itu menoleh, menatap wajah pucat wanita yang hanya tersenyum ke arahnya.

"Ma, kenapa diam aja? Seharusnya Mama tadi muncul di hadapan mereka. Supaya mereka tau kalau Mama Asa sangat cantik,"

Gadis kecil itu menggerucutkan bibir.

"Ma, temani Asa terus ya. Jangan pernah meninggalkan Asa apa pun yang terjadi,"

Asa memperbaiki posisi. Dia meletakkan kepalanya di pangkuan sang ibu. Senyumnya semakin merekah, begitu tangan wanita itu terulur mengusap rambutnya.

"Ma, Kira-kira siapa orang pertama yang berhasil menemukan keberadaan Asa?"

"Apa orang itu Papa? Rasanya mustahil," Asa segera menggeleng pelan. Sudah jelas Lingga tidak akan peduli, bahkan jika dia menghilang dari dunia.

Waktu terus berputar, dan belum ada tanda-tanda akan ada yang menemukan keberadaannya. Gadis kecil itu masih betah dalam imajinasinya. Tertidur di pangkuan ibu, yang hanya muncul dalam imajinasinya.

Pada kenyataannya, dia meringkuk sendirian di lantai yang dingin, menanti seseorang menemukan keberadaannya.

"Asa,"

Perlahan kelopak matanya terbuka, bersama senyum yang merekah. Senyum yang menggambarkan kelegaan luar biasa.

Lihat selengkapnya