Sweet Time

Erlanda Simamora
Chapter #6

Ulang Tahun Asa

Ulang tahun terburuk sepanjang masa

... .

Belum satu pun undangan ulang tahun yang sampai ke teman-temannya. Asa terlalu enggan, untuk memberitahu mereka. Mereka memang sudah tidak seburuk dahulu. Beberapa dari mereka bahkan beberapa kali menawari Asa untuk bermain bersama dan berbagi bekal.

Mereka sudah tidak bisa mengejek Asa lagi. Asa sudah punya orang tua lengkap. Pernah satu waktu, Sera dan Lingga datang ke sekolah untuk menjemput Asa. Meski tidak suka, kehadiran dua orang itu ternyata mampu membungkam orang-orang yang dahulu mengejek Asa.

Meski sekali, Asa bersyukur merasakan peran dari orang tuanya.

"Asa."

Asa menyimpan kembali undangan ulang tahunnya ke dalam tas.

"Iya, Bu?"

Ada yang aneh. Asa yakin ada yang aneh dengan raut wajah Dwi.

Mendadak perasaan Asa menjadi tak nyaman. Gadis kecil yang baru menginjak usia 10 tahun itu mengerutkan kening. Bu Dwi tidak mengatakan apa pun. Wanita itu hanya membantu Asa menyimpan semua alat tulisnya.

"Kenapa, Bu?" Asa memberanikan diri untuk bertanya.

Tidak ada jawaban. Namun dua orang yang sangat tidak ingin Asa lihat, berdiri di depan sana. Menunggu Asa.

"Bu, ada apa?"

"Asa harus kuat ya, Nak."

Tuhan apa lagi sekarang? Tidak cukupkah Engkau mengambil ibu Asa?

Hari ini ulang tahun Asa. Mereka pasti sedang menyiapkan sesuatu kan? Itu sebabnya Lingga dan Sera datang menjemputnya.

Tidak ada hal buruk kan, Tuhan?

Tetapi kenapa wajah mereka menunjukkan kesedihan?

Kenapa tatapan itu sama seperti tujuh tahun lalu?

"Asa ayo pulang."

Asa tidak memberontak. Meski bingung, dia membiarkan jawaban datang sendiri nya. Asa tidak ingin menebak lagi. Dia terlalu takut untuk menerima kekalahan lagi.

Kalah dari rencana Dia.

Selama perjalanan, mereka hanya diam. Asa juga tidak banyak komentar. Sampai akhirnya mereka tiba di rumah. Rumah ternyaman bagi Asa. Rumah itu kini terlihat aneh. Mengapa ada bendera kuning di sana? Mengapa banyak orang yang berkumpul di rumah Kakek?

"Asa harus kuat ya."

Asa tidak peduli pada bujukan Sera. Dia turun dari mobil. Kalah, Asa kalah lagi. Dia jatuh. Dia bangun sendiri. Biasanya kalau jatuh, dia akan menangis lalu kakek akan datang membujuknya. Namun, kali ini berbeda.

Meski menunggu, Kakek tidak juga datang. Mereka semua sibuk dengan urusan masing-masing. Asa bangun dan melangkah ke dalam rumah.

"Asa," lirih nenek. Wajah wanita tua itu sudah basah oleh air mata.

Kedua kalinya, Asa harus melihat seseorang tidur di dalam kotak berbentuk persegi panjang.

Setelah mama, kini kakek ikutan tidur di dalam sana. Satu hari yang lalu, Kakek bahkan masih bercanda dengannya. Kakek masih bercerita banyak dan memeluknya hingga tertidur. Kalau sekarang?

Tuhan, kenapa?

Kenapa harus kakek?

"Nek, kenapa kakek tidur di situ? Kan ada tempat tidur yang lebih nyaman. Ayo bangunkan Kakek."

Lihat selengkapnya