Rex tak fokus dengan pelajaran Pak Samson yang sedang membeberkan rumus Fisika. Apalagi pria setengah botak itu monoton. Ga ada senyumnya sama sekali saat menjelaskan. Moodnya sudah rusak sejak berangkat dari rumah karena papanya.
“Pulang sekolah, kamu harus ikut kelas hukum temannya Papa.” Suara papa Abraham terdengar tegas dan dingin. Tak ingin dibantah. Rex mengusap kasar rambutnya.Sejak bulan lalu, papanya makin menekannya untuk ikut kelas hukum sebagai persiapan agar dia mengikuti jejak sang papa sebagai pengacara atau jaksa.
Rex tahu, sang papa termasuk pengacara terkenal di kotanya. Pernah menangani berbagai kasus dan meraih kemenangan. Dia tak menampik, Rex kagum saat melihat papanya berdebat di persidangan dari layar televisi. Namun hanya sebatas kagum dan tak berminat sekalipun menggeluti dunia hukum. Malas banget ngapalin ribuan pasal di KUHP.
Dia lebih merasa enjoy bertarung di game online. Bahkan dia punya mimpi menyaingi developer pencipta PUBG, Garena dan sederet creator game lainnya, Tentu saja, papanya keberatan.
“Tapi Rex maunya jadi developer game, Pa,” ucap Rex sembari berjalan menyampir tas ranselnya di punggung. Tak peduli dengan perkataan papanya. Dia keluar menuju teras, meninggalkan papanya yang masih duduk di sofa tunggal ruang tamu sembari membaca koran.
“Ga ada tapi-tapi. Kalau kamu ga ikuti kelas itu, uang jajan kamu papa cabut!”
Rex makin kesal. Lebih baik pergi secepat mungkin daripada berdebat. Dia gak bakal menang. Papanya kan pengacara kelas wahid. “Aku pamit, Pa. Assalamualaikum,” ujarnya lalu masuk ke dalam mobil sporty miliknya.
Namun, sang mama yang baru keluar dari dapur meneriaki Rex. Cowok itu kembali keluar dari mobil dan menunggu mamanya tiba di depannya.
“Anakku yang paling ganteng.. sayangku. Nanti kamu ke resto kita ya. Mau ya?” Mama Mustika tersenyum manis. Rambut Mustika digelung, hidungnya mancung dan matanya bersinar. Kecantikan Mustika ini menurun pada Rex. Perempuan di depannya inilah yang membuat hati Rex selalu merasa tenang di rumah. Apalagi masakan mama yang bikin Rex jadi doyan makan makanan rumahan.
Namun mendengar kalimat ajakan ke resto, kening Rex berkerut. Pasti mamanya punya misi khusus lagi. Kalau ga ngajarin Rex masak, atau alternative lainnya adalah membawa gadis ke resto untuk dikenalkan padanya. Rex sendiri heran dengan sikap Mama Mustika yang selalu sibuk mencari calon menantu untuknya. Padahal, dia ga mau nikah muda. Bahkan mama Mustika punya kriteria khusus untuk pasangan Rex.
Cewek itu ga perlu cantik banget, yang penting supel dan pintar masak. Biar menantunya bisa bantuin usaha restoran keluarga mereka dan menjamin anak-anak Rex dan kakaknya, mendapat asupan makanan yang enak, lezat bergizi. Kalau sang mama sudah memintanya datang, maka Rex tak bisa punya alasan apapun menolak. Dia terlalu sayang sama Mama Mustika.
“Rex usahain dateng, tapi jangan aneh-aneh ya Ma di sana,” pinta Rex.
Mustika tersenyum dan mengusap rambut putranya lembut. “Aneh-aneh gimana sih. Mama ada kelas kursus limited edition. Yang diterima di kelas ini hanya mereka yang udah lolos seleksi ketat. Hari ini awal program itu. Nah, dari kursus ini nanti, akan dipilih yang terbaik dan akan jadi koki magang di resto kita. Mama juga mau bikin lomba masak. Gimana, seru kan?”
“Seru, Ma. Terus Kak Elvan ga diajak juga nih?”
“Katanya sih dia ada kuliah. Tapi dia juga usahain mau datang mau fotoin acara kita.”
Rex Karanj adalah anak kedua Mustika dan Abraham. Kakaknya, Elvan Malik sudah kuliah semester tiga di Kampus Bina Jaya. Anehnya, Papa Abraham tak memaksa Elvan mengikuti jejaknya. Kakaknya itu malah mengambil jurusan Teknik Elektro sesuai keinginannya. Aneh kan, si papa ini?
“Ok, Ma. Aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum,” ucap Rex lalu menyalami punggung tangan Mustika.
“Jangan ngebut ya sayang,” pesan Mustika tersenyum lebar dan melambaikan tangannya ke arah mobil Rex yang sudah keluar dari gerbang halaman rumah yang luas.
Tiba di sekolah pagi ini, mood Rex makin membaik saat berhasil merayu Marina yang sejak minggu lalu jutek padanya. Marina salah satu gebetan Rex yang akan dijadikan pacar setelah puluhan cewek silih berganti di sisinya. Sayang, mood nya kembali rusak saat seorang cewek berpenampilan tomboy dengan rambut pendek, mata bulat menjengkelkan dan jaket hitamnya, mengacaukan paginya. Parahnya, dia belum sempat bilang cinta ke Marina.
Yang paling membuat Rex kesal adalah, gadis itu berani mempermalukannya di depan umum. Baru kali ini, cowok setenar dan paling ganteng di sekolah ini dipermalukan. Rex benar-benar ga terima. “Siapa sih dia? Sok belain temen,” gumam Rex.
Reo yang berada di sebelahnya melihat wajah Rex kusut dan dingin. Dia menyenggol lengan Rex. “Kenapa lo?” bisik Reo takut ketahuan Pak Samson. Jika ketahuan mengobrol, mereka langsung di keluarin. Parahnya, disuruh push up sampai 50 kali. Ini sekolah apa camp militer? Pikir Reo.