Sweet

Affa Rain
Chapter #4

Ditraktir "Kim Bum"

 

Marina, Yuni dan Agung mendengar cerita Nix saat kedatangannya di Twelve Restaurant, dengan serius. Apalagi saat Nix bercerita kalau Rex punya kakak yang ganteng, tinggi, putih dan baik hati bernama Elvan Malik.

“Wah, ternyata si Rex itu anak pemilik Twelve?” tanya Yuni, matanya berbinar di balik kaca mata minusnya.

“Punya kakak ganteng pula, hihihi. Gue jadi penasaran. Kenalin dong, Nix,” pinta Marina keganjenan.

“Ih, apaah sih lo! Baru juga kenal,” sungut Nix.

Agung melihat gelagat aneh itu. Lalu mengedipkan mata pada Yuni dan Marina.

“Lo naksir ya sama Kak Elvan?” tebak Agung yang sanggup membuat jantung Nix berdebar.

“Asal nebak aja. Udah ah gua balik,” ucap Nix yang langsung meninggalkan teman-temannya.

“Eh, lo ga mau ke kafe dulu?” teriak Yuni.

“Ga. Gua ada latihan renang.”

Tubuh Nix menghilang dari balik pintu kelas. Berjalan bergegas menuju parkiran depan sekolah. Setelah satu kali telat, kali ini dia harus tiba di kolam tepat waktu. Kalau ga, guru les renangnya bakal teriak-teriak.

Sayangnya, Nix harus bertemu Rex di pintu gerbang sekolah. Cowok itu tersenyum sambil memegang stir kemudi motor Nix. Kedua temannya, Reo dan Rony berdiri di sisi kiri dan kanannya. Juga tersenyum jahil.

“Aduh ada kecoa! Minggir!!” teriak Nix.

“Lo minta maaf dulu dong karena ngegagalin pedekate gue tempo hari,” ujar Rex tanpa dosa.

“Hah, minta maaf? Urusannya apa sama gue! Minggir, ga. Kalau ga, gua tabrak lo!” balas Nix. Gadis itu dongkol sendiri. Biasanya sih dia diantar jemput Andika, tapi hari ini dia ngotot bawa motor sendiri karena tak ingin telat les renang. Tapi, justru gangguan datang dari cowok di depannya.

“Gua ga bakal minggir!” balas Rex lebih keras.

Nix tersenyum miring, lalu menggas motornya dengan keras. Mau tidak mau, Rex melompat ke samping. Sayang telat, keburu ban motor Nix mengenai ujung sepatunya. Jempol kakinya nyut-nyut seketika.

“Aduhhhh! Cewel sial!!!” jeritnya mengusap ujung sepatu putih yang kini kotor terkena ban motor.

“Hahaha!!” Reo dan Rony tertawa melihat rekannya.

“Hei, kalian malah ngetawain gue!? Awas lo ya!”

Reo dan Rony pun kabur sebelum dihadiahi bogem Hulk ala Rex.

***

Guru les renang Nix tersenyum melihat tak satu pun anak asuhnya datang terlambat. Dia menghitung murid-muridnya. Ada 11 orang. Semua lengkap dan kini berdiri di hadapannya.

“Terima kasih karena kedisiplinan kalian. Selama ini klub kita belum melakukan pemotretan sebagai dokumentasi  keanggotaan maupun kegiatan. Jadi, sebelum mulai kita harus foto dulu. Jadi foto satu-satu lalu rombongan. Kemudian, si fotografer akan mengambil foto kalian saat latihan renang. Apa kalian mengerti?!” tanya Hendrik, guru les Klub Renang Paus Biru itu dengan keras.

“Mengerti!! “sahut murid-muridnya.

Kenapa harus pakai pemotretan segala sih? Dikira kita-kita ini model. Ada-ada aja klub ini.

Wajah Nix tampak cemberut. Dia memisahkan diri dan memilih duduk di kursi dekat kolam. Hendrik yang melihat anak asuh andalannya memasang wajah kesal, mendekat.

“Mukanya kenapa ditekuk? Ga suka difoto?”

“Kenapa ga langsung latihan aja sih, Pak?”Nix menatap pria usia 30an itu masih dengan wajah jutek. Hendrik tersenyum. Dia duduk dekat Nix.

“Lo, tadi pas ditanya, bilang mengerti. Nix, ini ga tiap hari. Cuma sekali setahun. Kan buat dokumentasi Klub Paus Biru. “

Lihat selengkapnya