Rex hanya mengaduk nasi goreng merah di depannya. Mustika, dan Elvan sibuk makan namun mata mereka tetap awas pada anak muda yang memasang wajah malas di depan mereka. Elvan tersenyum melihat wajah adiknya yang ditekuk.
“Oh ya,Ma, bagaimana hasil pelatihan dan seleksi chef Twelve? Kapan kompetisinya?”
“Ada beberapa peserta yang berbakat,” ujar Mustika sembari menambah nasi goreng ke piringnya.
“Oh ya? Kalau Nix bagaimana, Ma? Bagus ga?”
Mustika langsung menatap Elvan yang berada di sisi kanannya. Wajah Mustika langsung berbinar.
“Nix itu, berbakat banget lo. Dia cerdas. Ini hasil laporan dari mentornya. Dan, menu dessert dia kemarin itu, super eeenaaakkkk banget. Kalau dia ikut lomba, pasti menang.”
“Dia memang cewek berbakat, Ma,” ujar Elvan lalu menenggak jus jambu.
“Makanya mama suka lihat dia waktu ke paviliun kita. Oh, ya kompetisi masaknya mulai pekan depan. Pastikan Nix ikut,” ujar Mustika menyeka bibirnya dengan tisu. Dia lalu menatap Rex.
“Rex, kamu kenapa sih sejak tadi diam aja?”
“Kan mama ngobrolnya sama Kak Elvan, bukan sama aku.”
Mustika menggelengkan kepalanya.
“Nanti sepulang sekolah, ajak Nix ke kafe Twelve yang di Senayan,” tegas Mustika sambil berdiri dari kursinya.
“Mama!? Ngapain sih nyuruh si Nixon tomboy itu ke kafe kita? Lagi ada event lo, Ma di sana.” Wajah Rex makin kusut.
Dia kesal kenapa mamanya harus mengajak Nix pulang bareng. Pasti cewek itu kegeeran. Belum lagi, dia saat ini lagi pedekate dengan Andrea, cewek kelas 10 yang cantik. Rex mengejar mamanya yang berjalan cepat menuju teras rumah.
“Ma, Kak Elvan aja deh yang jemput Nix,” tolak Rex lalu mengarahkan pandangannya ke Elvan yang sedang berdiri di pintu masuk menatap mereka berdua. Kedua tangan Elvan di simpan di kiri dan kanan saku celana bagian depan. Tersenyum dengan kepala miring ke kiri memperlihatkan lesung pipinya. Jika sudah pada pose seperti itu, cewek-cewek akan jatuh hati. Namun Rex malah kesal. Dia mengartikan, senyum itu adalah ejekan.
“Kenapa harus Elvan kalau kamu satu sekolah dengan Nix. Udah, ga usah cari-cari alasan.” Mustika kembali berjalan menuju sedan merahnya.
Rex tak terima jika harus mengajak Nix. Apa kata Rony dan Reo dia jalan bareng cowok tomboy pengganggu itu?
“Ma, aku ada les sebentar sore, terus ada belajar kelompok dan basket.” Ini upaya terakhirnya. Mustika berbalik menatap Rex dengan senyum di bibir.
“Oke. Setelah semua kegiatanmu selesai, kamu jemput Nix ya. Bye sayang…”Mustika lalu masuk ke mobilnya lalu mengecup dahi buah hatinya. Meninggalkan Rex dengan wajah kesal.
“Mama! Sial, alasan gue basi banget.” Rex berjalan menuju motornya namun mendapati Elvan yang masih tersenyum jahil di teras rumah.
“Jangan lupa ajak Nixon yang manis itu ya,” ujar Elvan yang makin membuat wajah Rex makin garang. Tanpa menjawab Elvan, dia langsung naik ke kuda besi merahnya menuju sekolah.
***