Sweet

Affa Rain
Chapter #9

Pesona Nix

Meski mencoba bertahan sekuat apapun, Rex tak mampu mengimbangi kemampuan Nix dalam lomba motor lambat. Gadis itu berteriak kencang saat berhasil finis. Nix langsung memeluk ketiga temannya lalu melompat-lompat bersama membentuk formasi lingkaran.

Sementara Rex dengan lesu turun dari motornya. Dia diam saat Reo dan Rony menyapanya. Ketiganya duduk diam menyaksikan Nix dan kawan-kawan seganknya tertawa bahagia di atas kekalahannya.

“Lo kalah. Apa taruhannya dengan Nixon?“ Reo tak sabar ingin mendengar apa yang dibicarakan Rex dan Nix saat mereka berdiri di garis start.

“Misi lo batal dong ajak dia ke Twelve?” tanya Rony.

Rex diam lalu menatap Nix kesal. Gadis itu rupanya juga sedang memandangnya dengan angkuh sembari mengangkat kedua jarinya membentuk huruf “V” yang berarti kemenangan. Bukan itu saja, Nix membulatkan kedua matanya dan menjulurkan lidahnya mengejek Rex.

“Bunga bangkai sialan!” teriak Rex lalu pergi meninggalkan halaman belakang sekolah. Reo dan Rony mengikutinya.

Meski kalah, Rex masih bisa sedikit lega karena dapat memenuhi permintaan mama Mustika untuk mengajak Nix ke Kafe Twelve Senayan. Minimal bisa jadi pelipur lara dari rasa malu atas kekalahannya oleh gadis tomboy itu.

“T-Rex, jangan lupa janji lo!” teriak Nix. Rex mendengus kesal. Bisa-bisanya dia kini jadi pak comblang gadis itu dengan kakaknya, Elvan. Kalau kedua sohibnya atau seisi sekolah tahu, maka hancurlah imej cowok terkeren di sekolah.

Sementara itu, di balik pilar sekolah, seseorang berdiri menyaksikan kejadian itu dalam diam. Tanpa disadarinya, ujung bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman melihat ulah Nix. Sedetik kemudian, pemuda itu menepuk pipinya sendiri.

***

Nix sedikit bingung saat tiba di Café Twelve Senayan, meski ini adalah kunjungan keduanya di kafe itu. Apalagi saat menyadari, Rex malah sibuk dengan Andrea setelah menemaninya masuk ke sana. Seandainya saja Elvan tidak mengirim pesan bahwa dia akan berada di kafe, sejak tadi dia sudah cabut. Nix mengamati sekelilingnya dengan seksama.

Yang hadir di kafe itu malam ini memang berbeda. Dia baru menyadari, pengunjung kafe mengenakan dress code hitam. Sebuah back drop bertuliskan Gathering with Twelve, barulah Nix mengerti. Gadis itu mengamati busananya sendiri. Beberapa gadis yang hadir tampak anggun dengan dress memikat.

Dia malah tampak berbeda sendiri. Gadis itu tersenyum. Mengenakan jins dan kaus oblong dan sepatu kets. Hanya rambutnya saja yang tidak diikat. Nix sengaja membiarkan rambut pendeknya tergerai sampai leher karena paksaan mamanya. Ada satu jepit rambut berwarna putih di rambutnya yang sedikit memberi kesan dia memang perempuan.

"Penampilan ini bikin gue beda sendiri malam ini, hehehe,” ucapnya lalu mendekati meja bar. Memesan soda lalu menikmati live music. Baru beberapa menit, seseorang mendekati Nix.

“Halo Nix!” Seketika Nix menoleh saat mendengar suara Elvan.

“Kak Elvan.”

Elvan tersenyum memamerkan lesung pipinya. Seperti tamu lainnya, Elvan juga mengenakan kemeja hitam dan celana hitam.

“Nix, ayo gabung di sana.”

“Tapi, Kak…” Pertama kalinya Nix ragu, khawatir membuat malu pemilik kafe.

“Ga apa-apa, ada aku,” ujar Elvan lalu menggamit lengan Nix. Gadis itu merasa tersanjung saat beberapa orang terheran melihat cowok tampan jalan bersama cewek tomboy seperti dirinya.

Mereka duduk di kursi bulat deretan paling depan. Beberapa penyanyi hadir memeriahkan acara itu. Namun, Nix belum melihat Mustika, mama Elvan dan Rex hadir. Tak lama, Rex bergabung bersama Andrea di meja yang sama dengan Elvan dan Nix.

“Kak, mama ga jadi datang. Ada klien yang ubah jadwal meeting,”ujar Rex.

“Ok, lanjutkan aja acaranya,” jawab Elvan dengan nada tenang.

Nix melirik Andrea, adik kelasnya yang kini menempel dekat Rex. Dalam hati, Nix merasa iba dengan Andrea yang begitu mudah termakan rayuan Rex.  Dia dirayu apaan sama T-Rex sampai nempel kayak gitu. Ih amit-amit. Bibir Nix mencibir, namun Rex melihat itu. Mata cowok itu tajam menatap Nix. Keduanya saling melotot di hadapan Elvan dan Andrea. Rex baru diam saat Andrea menyenggol lengannya.

Keempatnya lalu menikmati suguhan live music. Sebuah lagu membuat Nix bersenandung.

Lihat selengkapnya