Sweet

Affa Rain
Chapter #12

Khawatir

Rex mencari sosok Elvan. Berharap dia bisa mencari tahu keberadaan Nix. Bukankah Elvan cukup dekat dengan Nix? Pasti dia punya nomor ponsel gadis itu. Rex akhirnya menemukan Elvan di teras paviliun yang berbatasan dengan restoran mereka. Tak ada Jovita di sisi Elvan.

"Kak, lo punya nomor ponsel Nixon?” tanya Rex masih dengan sisa napas memburu usai mencari Nix.

"Pasti dong. Tumben nyari?” Elvan membuka layar ponselnya dan mencari nama Nix.

“Buruan, Kak!” tegur Rex saat melihat Elvan mengulur waktu. Kakaknya itu tersenyum.

“Ada apa sih sama Nix?” tanya Elvan tanpa ada tanda-tanda akan memberikan kontak Nixon pada adiknya. Rex makin kehilangan kesabaran.

“Kakak mesra-mesraan sama Jovita, sementara Nix nyaris ketabrak mobil. Saat gue mau ambil obat luka, dianya udah ga ada, Kak!” ucapnya sedikit keras.

Mendengar itu, seketika senyum hilang dari wajah Elvan.

“Apa maksud lo? Nix ga ada di resto ini sejak tadi?”

Rex mengangguk. Elvan segera menghubungi kontak Nix. Satu kali. Tak ada jawaban. Begitu seterusnya hingga puluhan kali Elvan menghubungi. Pemuda itu bergegas meninggalkan Rex. Di resto, mereka berpapasan dengan, Jovita, Yuni dan Marina.

“Kalian mau kemana?” tanya Jovita.

“Cari Nix, kamu di sini aja. Oke?”! jawab Elvan seraya menentuh pundak Jovita.

“Rex, gue ikut!” seru Marina.

Tanpa menunggu jawaban, Marina dan Yuni setengah berlari menyusul Rex yang kini sudah berada di mobil.

“Rex, kenapa dengan Nix. Lo apa-apain ya?” selidik Yuni seraya memperbaiki letak kacamatanya. Cowok itu menoleh kepada Yuni. Menatap tajam pada gadis itu.

“Sembarangan! Lo tanya aja Nix kalau dah ketemu,” cetus Rex kesal. Dia melirik Elvan yang sedang duduk di sebelahnya. Elvan tak banyak bicara namun kecepatan mobil itu di atas angka normal. Marina yang duduk di belakang jadi khawatir.

“Kakak Kim Bum, pelan-pelan bisa kan?”

Ekor mata Elvan menatap Marina dari kaca spion. Pemuda itu hanya menurunkan kecepatan lalu beberapa menit kemudian kembali cepat.

“Khawatir juga sama si Nixon? Bukannya tadi lagi sibuk pacaran sama Jovita?”

Elvan diam dan hanya fokus menatap jalan raya di depannya. Hati pemuda itu mulai merasa gelisah saat mendengar kalimat Rex. Apa Nix melihatnya bersama Jovita di taman? Apa yang ada di benak Nix?

“Kak, lo emang tahu rumah Nixon?”

Elvan mengangguk. Dia hanya berharap Nixon tiba dengan selamat ke rumahnya. Suasana dalam mobil itu sepi. Marina dan Yuni yang sejak tadi menelpon Nix harus kecewa karena tak mendapat jawaban.

“Moga Nix udah di rumah ya, Yun?”

“Iya, Rin. Awas aja, kalau Nix kenapa-napa, kita bakal buat Rex kapok!” cetus Yuni.

“Heh, dari tadi ngefitnah gue melulu. Salah gue apa? Lo tanya sendiri sama si Nixon itu!”

“Cerewet!” balas Marina.

“Eh, dasar !”

“Cukup, Rex!” tegur Elvan yang sudah menghentikan laju mobil hitamnya di depan rumah Nix.

Marina dan Yuni langsung menghambur membuka pagar besi lalu masuk menyeberangi halaman yang bernuansa teduh dengan cepat. Marina segera memencet bel berulang kali. Membuat Rex melotot padanya.

“Assalamualaikum,” sapa mereka saat pintu terbuka. Andika muncul di pintu dengan senyum.

"Waalaikum salam. Eh Kak Marina, Kak Yuni. Ayo masuk… ehm ini…”

Lihat selengkapnya