Andika berdiri di depan gerbang sekolah Nix. Dia tak peduli kalau harus bolos sekolah hari ini. Dia tak terima perlakuan Rex pada kakak sepupunya. Andika segera turun dari motornya. Memasuki parkiran dan berdiri di sana.
Selang beberapa menit dia melihat Rex masuk. Disusul rekannya,Reo dan Rony.
“Hei, turun lo!” teriak Andika. Mengundang beberapa siswa yang baru memasuki area parkir menoleh. Rex pun tak kalah terkejut melihat Andika.
“Siapa dia?” tanya Reo. Rony mengamati sekelilingnya.
Rex hanya diam dan menghampiri Andika. Andika kini berhadapan dengan 3 R, Rex, Reo dan Rony. Wajah Andika mengeras melihat wajah Rex yang tersenyum sinis padanya.
“Lo kan udah buat kaki Nix luka?”
“Apa urusannya sama elo?”
“Sialan. Tanggung jawab lo!”
Andika langsung maju memukul Rex.
“Hei! Nix terluka bukan karena gue!” teriak Rex kesal karena mendapat pukulan di wajahnya. Padahal, justru dia yang menyelamatkan Nix. Reo tak tinggal diam dan langsung memukul perut Andika. Pemuda itu menghindar. Perkelahian itu melibatkan Reo, Rex dan Andika. Sementara Rony hanya berdiri memandang kedua temannya berkelahi. Kalau kalian kalah, baru gue maju, pikirnya.
Yuni yang mendengar keributan terkejut melihat Andika saling pukul dengan Rex dan Reo.
“Nix, adek lo berantem sama Rex dan Reo!” Yuni menelpon Nix.
Wah, Dika beneran ke sekolah gue! Tunggu gue ke situ.”
“Tapi lo kan masih sakit, Nix.”
Terdengar telepon dimatikan. Yuni mengamati perkelahian itu dengan khawatir. Marina dan Agung datang tergesa bersama satpam sekolah dan guru Kimia, Pak Tyo.
“Stop!! Stop!!” teriak Pak Satpam.
Mendengar teriakan itu, Andika, Reo dan Rex berhenti. Wajah mereka kini lebam. Meringis menahan sakit.
“Ikut Bapak ke ruang BP sekarang!” tegas Pak Tyo.
“Saya ikut juga, Pak?” tanya Andika.
“Ya, kamu juga!” jawab Tyo.
Yuni, Marina dan Agung menghampiri Andika. Pemuda itu mengusap sudut bibirnya yang terluka.
“Sini gue bantuin,”ucap Yuni. Dia lalu merogoh kotak P3K kecil yang biasa dibawanya.
“Sigap amat nih anak PMR. Yun, itu si Rex dan Reo juga lebam. Lo obatin sana,” cetus Agung tersenyum mengejek.
“Tuh ada Rihanna sama fansnya,” jawab Yuni sembari mengusap luka Andika dengan kapas yang sudah diberi alkohol. Pemuda itu meringis.
“Lo kok tiba-tiba ada di sekolah dan main pukul aja sih?” tanya Yuni.
Marina dan Agung menyimak.
“Pelan dong, Kak. Sakit.”
“Ish, cemen.”
“Dika, kok lo bikin masalah sama Rex? Ada apa? “tanya Marina penasaran.
“Rex kan yang buat kaki kak Boni sampai kayak gitu?”
“Hah??!” Yuni, Marina dan Agung saling pandang.
“Wah, lo pasti salah paham, Dika. Kaki kakak lo memang luka, tapi bukan Rex penyebabnya. Malahan Rex yang nolongin Nix waktu nyaris ketabrak mobil setelah acara di Twelve Restaurant tempo hari,” beber Yuni.
“Emang lo ga dapat penjelasan dari Nix?” tanya Marina.
Andika terhenyak. Dia baru menyadari sesuatu saat kakaknya itu berteriak hendak menghalanginya. Namun dia nekad pergi tanpa mendengarkan penjelasan detail dari Nix.
“Jadi? Rex yang …” Andika jadi malu sendiri menyadari kesalahannya.
“Kami juga baru tahu soal itu barusan dari Nix,” tambah Yuni.
“Hei, kenapa kalian malah ngobrol di situ? Dipanggil ke ruang BP!” teriak Pak Satpam.
Agung langsung memapah Andika. Baru saja melangkah, Nix datang dengan mobilnya. Dia turun dengan langkah pincang. Melihat itu, Yuni dan Marina segera menghampiri.
“Ya ampun, nekad banget sih lo datang. Bukannya di rumah aja,” ujar Yuni.
“Ya, begini deh kalau punya adek emosian,” ucap Nix menatap kesal pada Andika.
“Hehehe… sorry, Kak Bon-bon.”