Sweet

Affa Rain
Chapter #18

Sesal dan Kesal

Hangat cahaya matahari yang menembus jendela kaca berbingkai putih itu mampu membangunkan Nix. Gadis itu membuka mata. Menengok ke sebelah kiri, dan matanya menangkap seseorang berbaring di sofa.

“T-Rex? Kenapa dia di sini?” gumamnya.

Perlahan gadis itu duduk. Mencoba merangkai kejadian demi kejadian hingga membawanya ke dalam ruangan perawatan seperti saat ini.

Baru saja ingin menegur Rex, pemuda itu sudah berdiri di sisi Nix.

“Lo udah baikan?”tanya Rex dengan intonasi pelan dan lembut.

Ucapan ramah itu membuat Nix bengong. Apa cowok ini kerasukan? Kenapa bisa ada di rumah sakit ngejagain gue? Atau dia yang malah bikin gue jadi seperti ini?

Rex diam saja saat mata Nix menatapnya. Pemuda itu mengambil sebuah botol minyak gosok untuk mengoles lebam di pipi Nix. Bekas gigitan di leher Nix sudah diperban.

“Makanya jadi cewek jangan suka keluyuran malam-malam di arena balap,” ujar Rex. Tangannya hendak mengusap pipi kiri Nix, namun gadis itu menghindar.

“Jangan, gue bisa sendiri!” tolak Nix. Namun Rex tak peduli. Dia menghalau tangan Nix dan tetap mengoleskan minyak obat di pipi gadis itu.

“Maaf, ya,” ucap Rex pelan menatap Nix. Dia ingin jujur soal kasus yang menimpa Nix.

“Untuk apa?”

“Ehm…luka ini sebenarnya…gua penyebabnya…”ujarnya berat.

“Udah gue duga itu lo, sialan!! Lo jahat banget T-Rex purba!!” Nix memukul wajah Rex dengan bantal berulang kali. Namun bukannya marah, Rex merasa senang melihat gadis di depannya tampak ceria kembali. Pintu terbuka, Reo dan Rony muncul.

“Kenapa kalian juga di sini?”

“Kami kan R yang kompak. Lo baik-baik aja kan Nixon?” tanya Rony sembari mendekat ke arah Nix.

“Kalian ga usah sok perhatian kalau gue masuk rumah sakit gara-gara kalian bertiga!!” ujar Nix emosi.

“Makanya kami mau minta maaf, Nix. Lain kali kalau ngerjain lo, kita janji pakai pola yang lebih keras tapi sopan, hehehe…” sambung Reo yang membuat Rex dan Nix kompak mendelik.

“Sialan kalian!!” teriak Nix sembari melempar bantal ke muka Reo. Pemuda itu lebih gesit dan segera menghindar.

“Aduh!!” keluh Nix sembari memegang pinggulnya.

“Lo kenapa?” Rex bergegas menghampiri Nix.

Sembari menahan sakit, Nix menggeleng.

Lihat selengkapnya