Reo, Rony dan Elvan menatap pemuda yang sibuk tersenyum sendiri sejak insiden di kolam renang terjadi. Siapa lagi kalau bukan Rex. Tubuhnya tampak sedikit bergetar menahan dingin usai tercebur ke kolam. Namun wajahnya begitu ceria. Seolah menang undian.
“Lo masih waras, Rex?” tegur Reo tak sabar melihat sohibnya yang seperti kesurupan. Namun yang ditanya, malah diam sembari bibirnya tertarik membentuk senyuman.
“Segitu senengnya lo bisa dicium Nix. Bisa dibilang elo menang,”pancing Rony.
Rex memang terpancing.
“Gue berhasil ngerjain dia, Ron, hehehe,”jawab Rex sembari menyibakkan rambutnya. Elvan yang tadinya duduk di sofa langsung berdiri. Dia tak suka mendengar niatan Rex yang mengerjai Nix.
“Jadi lo ngerjain Nix? Sampai harus di-CPR sama dia?!”
Rex menatap tajam pada Elvan lalu tersenyum sinis.
“Kak, bukan cuma elo yang bisa cium dia. Gua juga bisa. Bahkan, Nix yang berinisiatif,”tandasnya lalu berlalu dari kamar penuh kemenangan.
Rony dan Reo yang tak tahu soal kejadian usai Elvan bermain piano terbengong. Mereka bergegas menyusul sohibnya. Di teras, Rex memandang langit malam yang terlihat cerah. Di sampingnya sudah berdiri Reo dan Rony.
"Apa yang kami tidak ketahui, Rex,”cecar Rony.
“Beneran, Elvan cium Nix? Di bagian mana?” Reo mendesak ke arah Rex membuat pemuda itu kesal.
“Hah, kalian ga usah tahu detailnya! Bikin gerah aja! Mending kalian selesaikan job kalian malam ini,” titahnya.
“Tapi udah pada bubar?” tanya Rony.
“Siapa bilang, gue belum makan. Kalian juga laper kan?”
Reo dan Rony kompak mengangguk.
“Sekarang, panggil semua kumpul di tempat barbeque!”
Reo dan Rony keluar dari ruangan.
Mereka akhirnya berkumpul usai insiden kolam renang. Ada canda dan tawa di sana. Menyantap hidangan yang dibuat bersama. Nix terlihat masih kesal sekaligus malu atas kejadian barusan. Dia selalu menghindar dari tatapan Rex dan juga Elvan. Dua bersaudara itu bener-bener bikin masalah buat gue dalam satu malam. Tenang, Nix. Elu ga mau cepat tua kan? Dihimpit stres oleh masalah yang ga seberapa ini.
Tak lama berselang, terdengar suara letusan diiringi kembang api. Nix, Marina, Yuni dan Agung berdiri sejajar menyaksikan kembang api yang berwarna warni. Di dekat mereka, berdiri Rex, Reo dan Rony.
"Gimana, keren kan kembang apinya?” ujar Reo pelan. Rex mengangguk.
"Kayaknya, baru kali ini play boy kita siapin kembang api, di ketinggian pula,” sindir Rony.
"Lo mau nyindir gue? Ini ga ada hubungannya ama Nixon,” tegas Rex.
“Ih, gue kan kan nyebut nama siapapun,” jawab Rony tersenyum mengejek. Pemuda itu melirik Yuni yang terpukau bersama Nix. Dia imut banget. Eh, apaan sih gue!
Melihat aneka kembang api, Nix melupakan semua kejadian tadi. Rex tahu-tahu sudah berdiri di sampingnya.
“Gimana, keren kan?” tegurnya.
“Keren banget,” puji Nix sembari matanya masih menatap kembang api yang masih saja terus memperlihatkan keindahannya di langit malam.
Nix baru tersadar siapa orang yang berbicara dengannya. Rex tersenyum nakal padanya. Membangkitkan ingatan Nix pada kejadian di tepi kolam renang. Sial!
“Besok, gue tunggu lo di tempat ini, jam tujuh pagi,” tegas Rex. Seolah tak ingin dibantah.
“Tapi…”