Suasana pesta perayaan jabatan baru seorang direktur hotel ternama di Bogor berlangsung cukup meriah. Nix bersama teman-temannya duduk bersama di meja bulat bagian depan. Di sisi lainnya, Rex dan Elvan sibuk bercengkerama dengan relasi kedua orangtua mereka. Tak jarang, kedua pria itu melirik ke arah yang sama yakni meja Nix. Rex tersenyum saat melihat Nix mengenakan baju pilihannya. Gadis itu terlihat begitu memesona di matanya.
Seseorang tiba-tiba menghalangi pandangan Rex dan berbincang sesaat dengan Nix. Tak lama gadis itu, berdiri dan tersipu malu saat seseorang menggandengnya.
“Dia?! Kenapa di sini??” Bola mata Rex melotot kesal melihat Razka Alfian hadir di tengah-tengah mereka. Bahkan cowok itu tersenyum ke arah dirinya dengan pongah.
Rex hendak menghampiri Razka dan Nix yang berjalan menuju ke arah pria yang baru saja dilantik jadi Direktur Hotel Maiwa, Dimiyati Susanto. Namun, Elvan gesit menghadangnya. Elvan memberi tanda dengan menggelengkan kepalanya.
“Kak, minggir dikit.”
“Lo lupa atau pura-pura bego kalau Pak Dimiyati itu ortunya Razka?”
Rex terdiam. Sialan lo kak. Gua bukannya bego, tapi jangan sampai Razka itu ngenalin Nix ke Pak Dimi. Ntar malah jadi ajang tunangan.
Rex sibuk berbicara dengan hatinya sendiri. Tapi bukannya mama suka kalau gue bisa dekat atau bahkan pacaran sama Nix? Kenapa gue jadi suka ya sama sarannya mama. Heh!
Perbincangan basa basinya dengan sang direktur terasa menyiksa bagi seorang Rex Karanj. Seharusnya, ini kerjaan mama. Rex menatap kursi Nix yang masih kosong dengan perasaan gelisah. Sementara itu, Nix sibuk berbincang dengan Razka di sisi lain hotel.
“Aku ga nyangka bisa ketemu kamu di sini, Nix,” sapa Razka ramah.
“Ya, Kak. Ternyata pak direktur baru itu ayah kamu ya?” Razka mengangguk.
“Udah berapa hari di sini?” tanya Razka yang malam itu mengenakan jas hitam dasi merah terlihat menawan. Jauh dari kesan pembalap.
Nix pun bercerita banyak termasuk pengalamannya naik paralayang. Razka pun menggumam. “Dia mulai menaruh hati sepertinya.”
“Kenapa, Kak?” Tanya Nix saat mendengar kalimat samar-samar Razka. Sayangnya, telinga Nix bukan super jadi ga bisa jelas mendengar kalimat itu. Pemuda itu tersenyum.
“Oh ga apa-apa. Aku perkenalkan kamu dengan ayahku,” ucap Razka lalu menuntun tangan Nix. Gadis itu berupaya melepas namun pegangan Razka juga makin erat. Mau tak mau dia menurut saja saat pemuda itu berjalan sembari menggandeng Nix yang mengenakan dress hitam yang membuatnya memesona. Gadis itu makin canggung. Mengapa harus dikenalkan segala sih? Waduh!
“Wah, Kak Razka keren,” puji Marina.
“Lihat, mereka berjalan ke arah Pak Direktur!” seru Agung.
“Akan terjadi sesuatu yang tak terduga,”ucap Yuni pelan.
Rex dan Elvan berbalik bersamaan saat Razka menyapa ayahnya.
Pak Dimiyati tersenyum ramah melihat anak pertamanya menggandeng seorang perempuan yang menurutnya cantik.