Sejak kejadian tragis sepuluh tahun lalu, kedua makluk kecil itu tumbuh dengan kepribadian yang berbeda. Azura menjadi benci dengan ibunya sendiri. Azura benci dengan ibunya yang menghancurkan segala kebahagiaannya. Beberapa tahun berlalu, kini gadis kecil itu telah beranjak dewasa. Ketika seorang iblis menginjak usia dua puluh tahun maka akan dilalukan ritual munculnya sayap dan tanduk iblis. Saat ini usia gadis itu belum genap dua puluh tahun, minggu depan adalah momen ia menjadi sosok iblis yang utuh. Di istana sedang mempersiapkan segala hal untuk upacara kedewasaan gadis itu. Azura tidak mempedulikannya.
Sejak hari itu, Azura menjadi sosok pendiam dan lebih senang menyendiri. Gadis itu menghabiskan waktunya berada diperpustakaan istana. Membaca buku – buku akan membuatnya melupakan kehidupan nyata.
“Putri, Anda diminta Raja dan Ratu untuk datang ke aula istana dan mengenakan gaun ini. Hamba pamit undur diri”
Ujar seorang pelayan yang datang menghampiri gadis itu lalu pergi. Azura mengangguk dan mengenakan gaun. Azura bingung mengapa dirinya harus mengenakan gaun yang tampak anggun dan seformal ini.
Azura segera mengenakan pakaian itu dan menghilangkan pikiran - pikiran yang mengganggu. Ketika sampai di aula istana, gadis itu melihat ayah dan ibunya sedang menjamu dua orang pria asing. Ulizha yang sedang meminum gelas berisi darah segar melihat Azura yang telah tiba.
“Azura, kemari”
Ujar Ulizha tegas. Azura duduk disebelah pemuda tampan namun berwajah dingin dan kejam. Azura tidak memperdulikan tatapan menilai yang dilemparkan oleh pemuda itu.
“Jadi, Ayah dan Raja kerajaan Selatan telah setuju untuk menjodohkanmu dengan pangeran sulung”
Ujar Levint tanpa basa – basi. Azura tersedak ketika mendengar pernyataan ayahnya.
“Ayah aku tidak setuju!”
“Azura!”
Azura bergeming dan menundukan kepalanya.
Mengapa mereka seenaknya menjodohkanku?!
Batin gadis itu geram.
“Pokoknya seminggu setelah hari kedewasaanmu, kalian akan menikah.”
Ujar Levint dengan penekanan setiap katanya. Azura tidak bisa menahan untuk tidak memutar bola matanya malas. Setelah hari pertemuan itu, Azura mogok bicara kepada kedua orangtuanya.
“Azura, ini ada sapi panggang dengan saus darah manusia kesukaanmu,”
Ulizha menghampiri gadis itu di kamarnya. Azura memilih untuk pura – pura tidur dan tidak mendengar. Ulizha terdiam sejenak lalu pergi dari kamar gadis itu.
Hari – hari berlalu, Kini gadis itu sedang berjalan menuju perpustakaan istana, menyusuri lorong istana yang begitu kelam dan gelap.
“Heh!”
Lengan gadis itu ditarik kasar. Azura menoleh melihat sosok gadis iblis yang bermata merah dan berambut merah menyala. Dia adalah saudara gadis itu. Namun, hubungan dengan saudaranya itu tidak baik. Saudaranya adalah sosok iblis yang tamak, Azura tahu betul bahwa sepupunya ini memiliki rasa iri dan dengki kepadanya.
Keluarga kerajaan adalah keluarga yang tidak bisa disebut sebagai keluarga. Karena saat di depan sang raja mereka semua memberikan senyum dan setuju dengan raja. Namun, aslinya mereka semua tidak lebih dari seorang penjilat. Mereka menginginkan kekuasaan raja dan memikirkan berbagai cara untuk menggulingkan raja dari singgasananya. Gadis bermata merah dan berambut merah menyala itu bernama Scubus, iblis itu adalah iblis penggoda manusia dan juga penggoda bangsa iblis. Pakaian minim yang selalu dikenakannya dan bentuk tubuhnya yang membuat lelaki menjadi terbuai.
Scubus senang membunuh manusia – manusia yang terbuai dengannya. Azura melepaskan cengkraman tangan gadis itu dilengannya dan menatap tajam. Pasalnya, Ia muak dengan gadis ini yang selalu mengganggunya.
“Apa.mau.mu.”
Scubus tertawa melengking memekakan telinga siapapun yang mendengar.
“Aku tahu setelah hari kedewasaanmu, kau akan dijodohkan dengan pangeran sulung iblis selatan. Kau tidak berhak mendapatkan si tampan itu!”
“Kau lebih cocok dengan pangeran bungsu yang buruk rupa dan bodoh! Pasti kalian sangat serasi! Haha!”
Azura memutarkan bola matanya malas. Oh ya, mungkin kalian juga harus mengetahui informasi ini.