Flashback
“Luciel!!!”
Teriak pilu Kaela yang berada ditengah kerumunan malaikat. Luciel hanya menatap datar gadis itu, kemudian Ia dibuang dadi surga selama – lamanya. Air mata Kaela menetes bersamaan dengan lenyapnya Luciel dari pandangannya.
Aku mencintaimu
Batin gadis itu pilu.
---
Cahaya dengan perlahan memasuki indra pengelihatan pemuda itu. Ia merasa tubuhnya seperti remuk dan lemas, bola mata yang berwarna abu - abu gelap itu mengedarkan pandangan matanya dan melihat lingkungan sekitarnya.
Iris matanya tidak lagi berwarna emas karena pemuda itu bukan lagi seorang malaikat. Pepohonan yang rimbun dengan cahaya matahari yang cerah ditambah dengan suara burung dan serangga yang terdengar seperti paduan suara alam. Luciel yang mencoba duduk sesekali merintih kesakitan. Tenggorokan pemuda itu terasa sangat kering, ia merasa haus.
Luciel berjalan tergopoh – gopoh untuk mencari sumber mata air. Pemandangan hutan itu sangatlah indah dan asri. Pohon dan bunga tumbuh dengan subur. Setelah berjalan selama sepuluh menit, Luciel menemukan sebuah danau yang berwarna biru bening. Luciel dengan sangat tidak sabar segera meminum air danau tersebut dengan rakus.
Setelah puas, pemuda itu merebahkan dirinya di tepi danau lalu memejamkan matanya.
Apa yang sekarang harusku lakukan?
Batin pemuda itu dengan masam.
Luciel mengingat kembali masa – masa hidupnya. Ketika kecil ia sangatlah berbakat, bernyanyi dan bermain harpa dengan hebat membuat dirinya di puji oleh malaikat lainnya. Pujian demi pujian yang terlontar membuat hatinya haus akan pujian dan pengakuan dari orang disekitarnya. Lalu, ia bertemu dengan iblis kecil lalu menjadi teman dan menghabiskan waktu dengan bermain bersama. Namun, gadis kecil itu meninggalkannya dan ibunya, meninggalkan luka dihati pemuda itu.
Luciel marah karena kedatangan Azura kehidupannya membuat ibunya menjadi celaka dan akhirnya meninggal.
“Aku akan segera menemukanmu, Azura. Aku akan membunuhmu.”
Tekad Luciel yang sudah bulat membuat hatinya mengeras. Dirinya menerawang bagaimana caranya untuk masuk ke dunia iblis dan membunuh gadis itu. Namun, sekarang Luciel harus memulihkan tubuhnya terlebih dahulu. Meningkatkan stamina tubuhnya agar kembali seperti seperti sediakala.
“kruyk”
Perut pemuda itu bergetar kecil. Memang sedaritadi dirinya belum memakan apapun dan hanya meminum air danau. Luciel bangkit dari tidurnya lalu berjalan untuk mencari buah – buahan di hutan. Wajahnya telah kotor begitupun pakaiannya.
Nanti aku harus segera mandi di danau, aku sudah tidak kuat mencium bau tubuhku
Luciel memutarkan bolamatanya malas.
Luciel berlari – lari kecil sambil meregangkan tubuhnya. Sesekali pemuda itu bersiul membalas kicauan burung yang bertengger di pohon.
“Burung... apa kau tau letak pohon yang ada buahnya?”
Tanya Luciel pada seekor burung berwarna biru berpadu putih dibagian dadanya.
“Ah... kau adalah makhluk Arven ya. Pantas saja daritadi aku merasa ada aura makluk asing yang memasuki hutan ini”
Burung yang tadinya berkicau itu kini membalas pertanyaan pemuda itu. Makluk Arven dapat berbicara dengan seluruh makhluk yang ada di dunia manusia. Mereka bukanlah seorang manusia. Arven adalah sebutan bagi makhluk immortal yang telah dibuang dari klan aslinya. Mereka tampak serupa dengan manusia secara fisik, namun mereka masih dapat menggunakan sihir yang ringan dan tubuh mereka jauh lebih kuat daripada manusia normal.
“Ikuti aku,”
Kemudian burung itu terbang dan Luciel mengikutinya.
“Mengapa kau dibuang dari klan asalmu?”
“Oh ya... apa jenis klan asalmu?”
“Kapan kau sampai dibumi manusia ini?”
Luciel dihujami banyak pertanyaan dari burung kecil itu membuat dirinya kesal.
Burung cerewet! Ingin sekali ku ikat paruh kecilnya itu.
Batin Luciel kesal
“Udah puas nanyanya?”
Luciel memutar bolamatanya malas.
“Cepatlah jawab!”
Burung itu membalas dengan judes.
“Sini kau burung sialan! Kujadikan burung geprek kau ya!”
Luciel melompat – lompat untuk menangkap burung itu. Burung itu dengan gesitnya terbang ke atas dan ke bawah untuk mengerjai pemuda itu.
Tarik napas, buang, tarik napas, buang. Sabar Luciel. Nanti rencanakan bagaimana cara menangkap burung sialan itu.
Batin Luciel masam.
“Aku dibuang dari surga. Aku berasal dari klan malaikat. Puas?”
“Terus kenapa kau dibuang dari surga? Memang apa ya kau lakukan?”
Burung itu terus berkicau membuat kepala pemuda itu pening.
“Banyak tanya!”
Burung itu dengan iseng mematuk - matuk kepala pemuda itu beberapa kali.
“KAU!!!”
Luciel berusaha sekuat tenaga menangkap burung kecil itu. Namun, sayangnya ia selalu gagal. Kasihan.
Setelah bertengkar akhirnya mereka sampai di depan sebuah pohon buah persik yang sangat tinggi menjulang dan buahnya rimbun. Tanpa sadar air liur telah menetes dari mulut pemuda itu. Lalu, Luciel dengan segera memanjat pohon tersebut kemudian memetik banyak buah sehingga ada beberapa yang jatuh ke tanah. Setelah puas makan buah Luciel duduk bersender dibawah pohon persik itu. Burung kecil itu mendarat di bahu pemuda itu.
“Ceritakan bagaimana kehidupanmu di surga,”
Ucap burung kecil itu tepat di telinga pemuda itu. Luciel menarik napasnya dalam lalu mulai menceritakan kehidupan rumitnya di surga. Namun, semua tentang Azura tidak ia ceritakan. Burung tersebut mengangguk – angguk paham dengan permasalahan Luciel.
“Dasar bodoh! Bisa – bisanya kau menentang Tuhan!”
Burung kecil itu kembali mematuk kepala pemuda itu.
“Ya kan aku hebat. Au! Sakit burung sialan!”
Kepala Luciel kembali dipatuk oleh burung kecil itu. Burung kecil itu tidak habis pikir dengan pemikiran pemuda itu, dirinya sudah menjadi seorang malaikat yang memiliki hubungan paling dekat dengan Tuhan tapi malah menghianati-Nya.
“Aku saja sangat bersyukur walaupun aku hanya burung kecil, tapi aku tetap dipelihara Tuhan dan diberi hidup yang bebas,”