Langit yang mendung dan kelam mendominasi lingkungan istana iblis yang gelap. Azura bersandar di balkon istana lalu menatap langit yang suram. Wajah gadis itu murung karena hari ini iblis yang menikah dengan manusia itu akan dihukum pasung di halaman utama istana. Azura merasa sedih karena tidak bisa menyelamatkan orang itu.
“Sedang apa?”
Henzi merengkuh pinggang gadis itu, Azura sedikit terkejut dengan kedatangannya.
“Engga, aku cuma sedang berpikir saja”
Henzi tersenyum lembut.
“Memikirkan apa? Lihat kerutan didahimu ketika kau berpikir”
Azura memukul bahu pemuda itu pelan.
“Henzi, aku memiliki feeling tidak enak.”
Raut wajah gadis itu berubah sedih. Feelingnya mengatakan bahwa ada hal buruk yang menimpanya nanti.
“Tidak usah khawatir, aku selalu bersamamu.”
Tanpa kedua orang itu sadari sepasang mata memandang mereka dengan kebencian. Sosok itu menyeringai lalu berbalik pergi.
Beberapa saat kemudian, seorang iblis yang memakai seragam pengawal kerajaan datang menghampiri Azura.
“Nona dipanggil oleh yang mulia raja di ruang keluarga kerajaan,”
Iblis berwujud sepertu babi itu lalu berlalu pergi.
“Aku pergi sebentar ya,”
Henzi mengangguk pelan. Lalu Azura pergi menuju ruang keluarga, ketika sampai di pintu Azura memikirkan kemungkinan yang akan dibahas oleh ayahnya. Gadis itu menghalau pikiran negatif yang memenuhi kepalanya.
“Azura, kemari.”
Suara berat dan mendominasi itu membuat jantung gadis itu berdegup kencang. Azura melangkahkan kakinya dengan berat, ia merasa hawa gelap yang terpancar dari ayahnya.
“Kau anakku satu – satunya. Jujur aku kecewa denganmu yang berubah seperti ini, kau membela seseorang yang melanggar hukum alam dan berkata tentang simpati. Sekarang, banyak rakyat dan petinggi kerajaan yang meminta pernyataanku mengenai sikapmu yang meresahkan bangsa iblis.”
Wajah pria paruh baya itu dingin membuat siapapun menggigil ketakutan.
“Aku peringatkan sekali lagi, jangan berbuat macam – macam atau kau akan benar benar diasingkan dari dunia ini.”
“Tapi ayah, aku hanya merasa tidak tega dan lagi pula kenapa harus sampai di hukum mati?! Apa salahnya kalau-“
“CUKUP!”
Azura menundukan kepalanya.
“Kembali kekamarmu sekarang.”
Azura berjalan dengan hati sedih. Apa yang salah dari bersimpati? Kenapa harus sampai dibunuh? Apa mereka tidak mempunyai hati?
Banyak pertanyaan yang muncul dibenaknya. Ketika sampai di daun pintu kamarnya, gadis itu terkejut dengan apa yang ada didepan matanya. Di dalam kegelapan, Henzi dan Scubus yaitu saudara dari Azura sendiri sedang bermesraan.
Henzi yang menyadari tatapan sakit dari gadis itu mulai sadar dengan apa yang terjadi. Azura sebisa mungkin menahan rasa sakit dihatinya. Henzi segera mendorong iblis wanita yang masih saja menggodanya.
“Azura!”