Azura membuka kelopak matanya, sinar matahari yang tidak ada di dunia iblis memasuki pengelihatannya membuat gadis itu merasa hangat. Gadis itu mengedarkan pengelihatannya dan ia melihat pepohonan yang tumbuh dengan subur, bunga – bunga yang berwarna – warni mempercantik hutan itu.
Gadis itu melangkahkan kakinya untuk memetik sebuah bunga berwarna biru yang cantik. Azura menghirup aroma bunga itu.
Wanginya,
Batin perempuan itu gembira.
Rasanya disini jauh lebih baik dibanding dunia iblis yang seperti tanah tandus. Azura berjalan secara acak dan mendengar suara gemericik air, gadis itu segera menuju sumber mata air itu lalu meminum air segar itu. Setelah dahaganya terpuaskan, ia berbaring di rumput yang hijau lalu menatap langit yang berwarna biru cerah.
Perasaan Azura campur aduk, kecewa, sedih, senang karena disini tenang. Dirinya khawatir akan Henzi, bagaimana hubungan mereka nantinya.
“Puk”
Seseorang menepuk pundak gadis itu dari belakang, Azura segera berguling dan memasang kuda – kuda.
“Henzi?!”
Azura segera memeluk pemuda itu. Namun detik berikutnya, Azura merasa khawatir.
“Kamu menyusulku kesini, lalu bagaimana nanti jika keluarga kita tahu? Nanti kamu bisa kena hukuman.”
Henzi menepuk pucuk kepala gadis itu.
“Buat apa aku di tempat yang tidak ada kamu? Tujuan hidupku cuma kamu, Azura.”
Air mata gadis itu mengenang dipelupuk matanya. Azura terkejut melihat seseorang bertudung hitam yang berada dibalik pohon besar. Sosok itu berjalan mendekati mereka, lalu sosok itu membuka tudungnya. Tubuh Azura membeku seketika.
“L-Luciel?”
Jantung gadis itu berdetak kencang, perasaan tak karuan menenuhi hatinya.
“Apa itu kau luciel?”
Gadis itu begitu senang dengan kehadiran pemuda itu. Namun, ada yang berbeda dari sosok itu. Tatapan mata tajam, tidak penuh sukacita seperti yang ia kenal. Pemuda itu menyeringai menbuat Azura takut dan bingung.