Pagi itu, sinar matahari mulai menghangatkan desa kecil tempat Galaxy tinggal. Dengan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya dan topi lebar yang menutupi wajahnya, ia berjalan perlahan di antara kerumunan penduduk desa. Suara riuh rendah dari pedagang dan anak-anak yang bermain membuat suasana terasa hidup. Namun, di dalam hatinya, ada kekosongan yang dalam. Galaxy tidak merasa seperti dirinya yang sebenarnya—hanya ada bayangan seorang bocah yang hilang.
Ia menyusuri jalan setapak yang familiar, setiap langkahnya dipenuhi dengan keraguan. Ia tahu bahwa untuk bisa maju, ia harus meninggalkan semua kenangan kelam yang menghantuinya. Namun, takdir seolah memanggilnya dengan cara yang tak terduga.
Saat di desa, Galaxy mendengar dua orang petualang sedang berbincang dengan penuh semangat. Suara mereka menarik perhatiannya, dan tanpa disadari, ia mengendap mendekat, berusaha menyimak setiap kata yang terucap.
"Ku dengar, sudah banyak yang mencoba mencarinya, tapi tak semua berhasil," kata petualang pertama, seorang pria dengan bekas luka di wajahnya. Matanya bersinar dengan semangat, seolah membayangkan petualangan yang akan datang.
"Benar! Mereka mengatakan Pedang Dewa yang tersembunyi di Gunung Neomir memiliki kekuatan yang luar biasa," sahut temannya, seorang wanita berambut pirang yang mengenakan armor berkilau. “Tapi penjaganya adalah naga berkepala tiga. Siapa pun yang ingin mengambilnya harus siap untuk berjuang.”
Galaxy merasakan jantungnya berdegup kencang. Naga berkepala tiga? Legenda tentang naga itu sudah sering ia dengar, tetapi sekarang ia mendengar langsung tentang Pedang Dewa yang menyertainya. Mimik wajahnya penuh dengan rasa ingin tahu. Ia tahu, jika ada satu hal yang dapat membantunya mengendalikan pedang warisan keluarganya, itu pasti Pedang Dewa.
“Beberapa party sudah gugur di tangan naga itu, tetapi ada juga yang berhasil melarikan diri dengan hidup-hidup,” lanjut pria itu. “Mereka mengatakan bahwa hanya yang benar-benar berani dan tulus hatinya yang bisa menghadapinya.”