Sinar matahari mulai meredup di balik awan yang tebal ketika Galaxy berjalan sendirian melalui hutan lebat di kaki Gunung Neomir. Udara yang tadinya sejuk kini terasa sedikit lebih dingin, memberikan firasat buruk tentang bahaya yang mungkin mengintainya. Langkahnya mantap, namun pikirannya terus melayang pada rencana perjalanan yang ia susun.
Galaxy berhenti sejenak, memandang sekelilingnya. Pohon-pohon tinggi menjulang di sekitarnya, dan jalan setapak yang ia lalui mulai menghilang dalam semak belukar. Ia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, dan ia mulai menyadari bahwa ia membutuhkan lebih dari sekadar keberanian untuk menaklukkan Gunung Neomir. Peta, pikirnya. Dia harus memiliki peta untuk menavigasi rute terbaik menuju puncak. Namun, menemukan peta di tengah hutan ini adalah tantangan tersendiri.
Saat Galaxy berpikir tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya, ia mendengar suara aneh dari kejauhan. Suara gemuruh di angkasa, seperti sayap besar yang memecah angin. Sebuah bayangan raksasa menutupi tanah di sekitarnya, membuat Galaxy seketika tegang. Ia mendongak ke atas, dan matanya melebar ketika melihat makhluk itu—seekor naga yang besar dan ganas, terbang dengan kecepatan luar biasa menuju dirinya.
"Astaga!" teriak Galaxy, refleks melompat ke samping, tepat saat naga itu menerjang ke arah tanah di tempat ia berdiri. Tanah bergetar hebat di bawah dampak serangan naga, dan debu berhamburan di udara. Galaxy mendarat dengan lompatan yang sempurna, tubuhnya melayang di udara sejenak sebelum mendarat ringan di atas tanah. Ia menoleh, melihat naga itu berputar di udara, bersiap untuk menyerang kembali.
"Naga itu memiliki kristal ungu di dahinya. Ini bukan naga biasa," bisik Galaxy kepada dirinya sendiri. Matanya berkilat penuh perhitungan. "Kristal itu... jika aku bisa mendapatkannya, aku bisa menjualnya dengan harga tinggi. Itu cukup untuk mendanai seluruh perjalananku ke puncak Gunung Neomir." Pikiran tentang keuntungan dari menjual kristal naga itu sedikit memberi Galaxy dorongan keberanian, namun ia juga tahu bahwa menghadapi naga ini bukanlah hal yang bisa dianggap enteng.
Sementara naga itu terbang tinggi, Galaxy bersiap. Matanya fokus, dan tubuhnya siaga penuh. Ia menyaksikan setiap gerakan naga, memperkirakan kapan serangan selanjutnya akan datang. Dan benar saja, naga itu mulai menukik dengan kecepatan yang mengerikan. Sayapnya yang besar berdesing melalui angin, dan Galaxy tahu serangan berikutnya akan lebih mematikan.
Ketika naga itu mendekat, Galaxy segera mengeluarkan pedang warisan keluarganya. Begitu pedang itu ditarik dari balutan kain, kilatan energi gelap muncul dari bilahnya. Galaxy tertegun sejenak, matanya menatap pedang itu dengan penuh trauma. Ingatan masa lalu yang mengerikan kembali membanjiri pikirannya—bayangan keluarganya yang terbunuh di depan matanya, akibat kegagalannya mengendalikan pedang ini.