“Siapa wanita itu?” gumam Galaxy sambil meneguk obat pemulihannya, merasa tubuhnya perlahan pulih dari serangan naga sebelumnya. Wanita yang baru saja menolongnya dengan lincah mengulurkan kristal ungu yang ia dapatkan dari naga itu. Namun, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Galaxy hanya berdiri dan memandanginya dengan dingin sebelum memalingkan wajahnya dan kembali berjalan. Ia tidak peduli dengan kristal tersebut, atau bahkan kehadiran wanita itu.
Wanita itu menatap Galaxy yang menjauh tanpa berkomentar. Ia tetap tersenyum, meskipun Galaxy tampak acuh. Sambil memegang kristal di tangannya, wanita itu mulai berjalan mengikuti langkah Galaxy. Ia tahu, lelaki itu adalah pendekar tangguh—bahkan lebih tangguh daripada yang ia bayangkan setelah melihat pertarungan melawan naga.
Saat Galaxy mengenakan kembali topi jerami yang selalu ia gunakan untuk menyembunyikan wajahnya, ia sadar bahwa wanita itu masih mengikutinya. Langkahnya semakin cepat, namun wanita itu tetap mengikuti dengan ritme yang sama. Galaxy berhenti sejenak di bawah pohon besar, dan begitu ia menoleh, wanita itu juga berhenti. Begitu ia berjalan lagi, wanita itu mengikuti kembali.
Tingkah wanita itu membuat Galaxy semakin kesal. Ia bukan tipe orang yang suka diikuti, apalagi oleh seseorang yang baru ia temui dan tidak diinginkannya. Dalam pikirannya, ia harus segera menyingkirkan wanita ini. Dengan kecepatan kilat, Galaxy berlari menuju semak-semak lebat, melompat setinggi mungkin, berharap bisa meninggalkannya. Namun, saat ia melompat, ia menyadari ada jurang dalam di dekatnya—jurang yang akan mematikan jika seseorang terjatuh ke dalamnya.
Dengan cerdik, Galaxy mendarat di pinggir jurang, mengawasi dari kejauhan untuk melihat apakah wanita itu masih mengikutinya. Benar saja, wanita itu berusaha mengikuti lompatan Galaxy, tapi saat kakinya hampir melangkah ke jurang, ia mundur dengan terkejut. Namun, sebelum sempat mundur lebih jauh, tubuhnya menabrak sesuatu di belakangnya.
“Kenapa kau mengikutiku?” ucap Galaxy dengan nada dingin sambil menatap wanita itu tajam. Wanita tersebut sedikit terkejut namun tetap tenang.
“Aku hanya ingin mengembalikan kristal ini kepadamu,” jawabnya, sambil mengulurkan kristal ungu yang tadi. Galaxy memandang kristal tersebut sebentar, lalu berbalik tanpa kata. Dengan suara tegas namun penuh keengganan, ia berkata, “Ambil saja. Aku tak membutuhkannya.”
Wanita itu tertawa kecil, suaranya terdengar ringan namun penuh keusilan. “Yah, sayang sekali. Padahal kristal ini sangat mahal, loh. Bisa dijual dengan harga tinggi,” katanya, mencoba menggoda.