Suara auman naga api biru menggema di seluruh penjuru desa. Para kesatria yang berkumpul di kafe sebelumnya berhamburan keluar, mencoba mengamankan penduduk desa yang panik dan berlarian tanpa arah. Debu-debu beterbangan saat naga raksasa itu mendekat, dan seluruh desa seakan bergetar di bawah deru sayapnya yang besar.
“Itu dia... Naga Api Biru,” ucap Davina dengan napas tersengal, matanya menatap ke langit yang mendadak menghitam karena kehadiran makhluk buas itu. Tubuh naga itu memancarkan api biru yang begitu terang, hingga menciptakan siluet yang tampak menyeramkan di kegelapan malam.
Naga itu mendarat dengan keras, menciptakan ledakan pasir dan tanah di sekitarnya, membuat kabut tebal menutupi seluruh area.
“Naga itu sangat besar,” kata Galaxy, dengan suara tenang meski matanya tidak melepaskan pandangannya dari makhluk itu. Namun, di balik ketenangan itu, ada ketegangan yang tersirat di matanya. Galaxy tahu bahwa pertarungan ini bukanlah hal yang mudah. Mereka akan menghadapi musuh yang tidak hanya kuat, tetapi juga legendaris.
Alios melangkah maju dengan busurnya, matanya penuh tekad. “Kami akan membantu. Aku akan fokus pada serangan jarak jauh,” katanya sambil menyiapkan anak panah khusus. “Lilya akan berada di belakang, memastikan kalian tetap terlindungi dan memulihkan luka jika terjadi serangan.”
Lilya mengangguk, dan cahaya lembut mulai memancar dari tongkatnya. “Aku akan menjaga jarak dan memulihkan kalian. Jangan khawatir soal pertahanan, aku akan memberikan pelindung.” Cahaya dari mantra pelindungnya mulai menyelimuti mereka, seperti lapisan energi yang menenangkan, siap melindungi mereka dari api naga yang mematikan.
“Baiklah,” kata Galaxy sambil mengamati medan. “Alios, fokuskan anak panahmu pada matanya. Itu akan mengganggu penglihatannya. Davina, kita akan bergantian menyerangnya. Lilya, jika kau bisa memulihkan tenaga kami, itu akan sangat membantu.”
Lilya mengangguk. “Bisa. Serahkan padaku,” ucapnya dengan percaya diri. Dia memancarkan mantra yang lembut dan kuat, memberikan Galaxy dan Davina energi tambahan.
Naga api biru itu melangkah maju, menciptakan goncangan di tanah dengan setiap langkahnya. Kabut pasir yang dihasilkan dari kehadirannya membuat pandangan mereka terhalang.
“Dengan kekuatan ini, menghilanglah kabut yang menutupi penglihatan umatmu! Wind of Immortality!” seru Lilya sambil mengayunkan tongkatnya. Angin mistis berembus, menyapu kabut pasir dalam sekejap, dan pandangan mereka menjadi jelas kembali.
Galaxy dan Davina bersiap, dengan Lilya memberikan lapisan pelindung di sekeliling mereka, mencegah serangan pertama dari naga itu. “Attack shield,” ucap Lilya, mantra pertahanan terkuatnya mulai berfungsi.
“Ayo serang!” teriak Galaxy yang langsung berlari dengan kecepatan luar biasa, diikuti oleh Davina yang melakukan gerakan zig-zag, membuat naga itu kebingungan.