Galaxy berdiri di depan naga api biru dengan aura hitam pekat menyelimuti tubuhnya. Uap putih keluar dari mulutnya setiap kali dia menghela napas, seolah-olah hawa dingin menyelimuti sekelilingnya. Matanya yang tadinya dipenuhi ketenangan kini berubah. Pandangannya tak lagi seperti manusia, melainkan seperti hewan liar yang haus darah. Di tengah keheningan malam, terdengar suara tawa jahat keluar dari mulutnya. Suara yang membuat siapapun yang mendengarnya merinding.
“The Black Aura of the Cursed Sword!” teriak Galaxy, suaranya menggelegar, memantul di antara tebing-tebing tinggi yang mengelilingi desa. Aura hitam dari pedangnya semakin pekat, dan di saat yang sama, kristal merah di gagang pedang yang selama ini tersembunyi di balik kain bergerak. Kristal itu hidup seperti mata, mengawasi segala sesuatu dengan tatapan dingin.
Naga api biru di depannya mengeluarkan auman panjang, suaranya bergema di seluruh desa. Tampaknya naga itu menerima tantangan yang Galaxy berikan. Kedua makhluk itu, manusia yang terselimuti kutukan dan naga yang legendaris, kini saling berhadapan, siap untuk saling membunuh.
“Apa yang telah terjadi pada Galaxy?” tanya Lilya dengan panik. Dia sedang memulihkan tubuh Davina yang terluka parah akibat pertarungan sebelumnya.
“Itu adalah kekuatan terkutuk keluarga Azura,” jawab Davina pelan. “Lilya, pulihkan kekuatanmu secepat mungkin. Kita butuh semua energi untuk mantra penguncian.”
Lilya menatap Davina dengan cemas. “Penguncian? Kamu ingin mengunci naga itu?”
“Tidak,” jawab Davina sambil memejamkan mata, mencoba menahan rasa sakit di tubuhnya. Saat itu, Lilya langsung mengerti. Tujuannya bukan untuk mengunci naga, melainkan Galaxy.
Sementara itu, Galaxy telah sepenuhnya dikuasai oleh aura kegelapan. Dia berjalan maju menuju naga tanpa sedikit pun ragu. Naga itu menyemburkan api biru yang sangat panas, tapi Galaxy hanya melangkah tanpa berhenti, seolah api tersebut tidak berpengaruh pada tubuhnya. Aura hitam dari pedangnya membungkus tubuhnya, melindungi Galaxy dari serangan yang seharusnya mematikan.
Galaxy melompat ke udara, memutar tubuhnya dengan cepat. “Devil Shadow Sword Attack!” teriaknya. Tubuhnya berputar dengan kekuatan luar biasa, seolah-olah pedangnya adalah perpanjangan dari dirinya sendiri. Serangan itu melesat begitu cepat, sulit dilihat oleh mata manusia biasa.
Pedang Galaxy bergerak menuju leher naga, namun sebelum benar-benar mengenai, pedangnya menembus tanah dengan tebasan yang sangat kuat. Dampak dari serangan itu membuat tebing di kejauhan terbelah menjadi dua, menunjukkan betapa dahsyatnya kekuatan Galaxy dalam keadaan tersebut.
Naga api biru mengeluarkan auman terakhir sebelum tubuh raksasanya jatuh ke tanah dengan dentuman keras, debu-debu beterbangan. Tubuh naga itu tak bergerak lagi—kalah. Galaxy berdiri di tengah medan, terengah-engah. Wajahnya terlihat lelah, namun matanya masih dipenuhi amarah dan kegelapan.