Fajar baru saja tiba di desa yang baru saja terbebas dari ancaman naga api biru. Cahaya lembut matahari menembus kabut pagi, menciptakan suasana tenang di sekitar desa. Warga masih terlelap, kelelahan setelah pesta semalam yang dipenuhi dengan kegembiraan dan syukur. Namun, di satu sudut desa, Galaxy, Davina, Lilya, dan Alios sudah bersiap melanjutkan perjalanan mereka. Tugas mereka belum selesai; Pedang Dewa yang berada di Gunung Neomir masih menunggu untuk ditemukan.
Galaxy, seperti biasanya, hanya berdiam diri. Wajahnya datar, tapi ada sesuatu yang tampak berubah dalam tatapannya. Pertarungan dengan naga api biru masih menghantuinya. Trauma lama yang selama ini membayangi hidupnya seolah semakin nyata, mengikat dirinya dalam bayang-bayang ketakutan yang mendalam.
Davina, yang menyadari perubahan dalam sikap Galaxy, berjalan di sampingnya sambil membawa pedang yang telah kembali diselubungi kain. Tatapannya tertuju pada Galaxy, yang tampak lebih pendiam dari biasanya.
“Galaxy, kau baik-baik saja?” tanya Davina dengan nada lembut. Dia tahu, meski Galaxy tidak sering berbicara, dia masih bisa merasakan ketegangan yang memancar dari tubuh temannya itu.
Galaxy tidak menjawab langsung. Matanya tetap terpaku ke jalan di depannya, tapi ekspresinya tidak sepenuhnya fokus. Akhirnya, setelah beberapa saat hening, dia berkata dengan suara rendah, “Aku tidak tahu, Davina. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku saat bertarung dengan naga itu.”
Davina menoleh padanya, merasa bahwa ini adalah kesempatan untuk membantu Galaxy menghadapi trauma yang selama ini menguasai dirinya.
“Apa yang kau rasakan saat itu?” tanya Davina, mencoba memancing Galaxy untuk mengungkapkan apa yang ada di pikirannya.
Galaxy berhenti sejenak, mengingat kembali pertarungan tersebut. Matanya menyipit, mencoba memahami perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya.
“Ketika aku mengeluarkan ‘Black Aura of the Cursed Sword’... Rasanya seperti aku bukan diriku sendiri. Aku kehilangan kendali. Semua yang ada di pikiranku hanyalah kehancuran dan kematian. Aku hampir... membunuh kalian,” jawab Galaxy dengan suara yang semakin rendah.
Davina menghela napas pelan. Dia bisa merasakan betapa berat beban yang dipikul Galaxy. “Itu bukan salahmu. Kekuatan pedang itu terlalu besar untuk dikendalikan dengan mudah. Tapi ingat, kau tidak sendirian. Kami ada di sini bersamamu. Aku ada di sini bersamamu,” ucap Davina sambil meletakkan tangannya dengan lembut di pundak Galaxy.