Galaxy berdiri tegap, siap menyerang, tiba-tiba terdengar gemuruh keras dari balik lorong gua yang tertutup. Alios dan Lilya, dengan kekuatan yang tersisa, berhasil menghancurkan penghalang batu yang menghalangi jalan mereka. Batu-batu raksasa terlempar, menyingkap kembali akses masuk ke dalam ruangan tempat Galaxy dan Davina terjebak bersama Saka dan Phoenix yang mengerikan.
"Serang wanita itu! Dia yang mengendalikan semuanya di sini!" teriak Lilya lantang, memberi tahu Galaxy dan Davina akan kebenaran di balik jebakan mematikan ini.
Saka mendengar peringatan Lilya, dan tanpa ragu, dia melesat cepat seperti kilat, siap menyerang Lilya dengan serangan mematikan. Tangan Saka terangkat tinggi, mengeluarkan aura gelap yang mengancam. Namun, sebelum dia sempat menyerang, Galaxy, dengan gerakannya yang cepat seperti angin, melompat ke dinding gua dan menangkis serangan tersebut. Pedang Galaxy beradu dengan energi gelap Saka, mengeluarkan percikan cahaya yang menerangi ruangan sejenak.
“Terima kasih, Lilya,” ucap Galaxy dengan napas berat. Kemudian, dengan cepat dia berteriak kepada teman-temannya, “Semuanya, lakukan formasi yang sama seperti saat melawan Naga Api Biru!” Suaranya tegas, membawa semangat bagi yang lain.
Davina, yang melihat perubahan sikap Galaxy yang semakin terbuka, tersenyum tipis. "Akhirnya," gumamnya dengan lega, mengakui bahwa Galaxy perlahan mulai mengandalkan orang lain dan tidak lagi bertindak sendirian.
Alios, yang berdiri di belakang mereka, segera bersiap dengan busurnya. “Water Arrow Attack!” teriaknya, mengeluarkan jurus khasnya. Anak panah yang terbuat dari energi air melesat cepat menuju Saka, menembus dinding udara yang sebelumnya tak terlihat.
Saka terkejut dengan serangan itu dan terdorong mundur, namun dia belum menyerah. Saat itu, Alios berteriak kembali, "Sekarang, Galaxy! Davina!"
Tanpa menunda, Galaxy dan Davina mengangkat pedang mereka bersamaan, energi pedang mereka terpancar terang. "Sword Slash Attack!" teriak mereka serempak. Dua serangan pedang yang terkoordinasi dan penuh tenaga menghantam Saka, membuatnya terlempar ke udara dengan keras.
Saka menjerit sekuat tenaga, suaranya menggema di seluruh gua, memekakkan telinga setiap orang yang ada di sana. Tubuhnya perlahan mulai menghilang, hanya tersisa bayangan kabur yang berangsur-angsur lenyap ke dalam kegelapan. Seruan terakhirnya yang dipenuhi rasa sakit dan kebencian terdengar lirih saat ia akhirnya lenyap.
Davina menghela napas lega, namun tiba-tiba Phoenix yang berdiri di tengah ruangan mulai mengepakkan sayapnya dengan keras. Angin panas yang menyengat berhembus, membuat suhu di dalam gua naik drastis. Phoenix itu terlihat marah dan bersiap menyerang siapa pun yang ada di depannya.