Sword Knight: Mount Neomir

Baggas Prakhaza
Chapter #16

Akhir dari Masa Lalu

Langit tampak suram saat kabut tebal terus mengepul dari mulut Naga Kabut. Kabut itu bergerak perlahan namun pasti, menyelimuti desa dalam ilusi yang mencekam. Namun, di tengah kabut, sosok Galaxy berdiri tegak, dengan pandangan tajam tertuju pada naga raksasa yang berusaha mempermainkan perasaannya.

“Sudah cukup kau mempermainkan perasaan orang lain, naga sialan!” teriak Galaxy, suaranya penuh tekad dan keberanian. Tangannya menggenggam erat pedangnya, sinar dari pedang itu berpendar lembut namun kuat, seakan merespons keyakinan pemiliknya.

Naga Kabut, dengan mata merah menyala dan tubuhnya yang berkilau hitam pekat, menatap Galaxy. Ia terbang memutar, sayap raksasanya mengepak keras di udara, menciptakan pusaran angin yang menghempas tanah di bawahnya. Suara gemuruh naga itu menggelegar, mengguncang desa dan membuat tanah di sekitarnya bergetar. Namun, Galaxy tidak bergeming.

Di kejauhan, Davina, Alios, dan Lilya berusaha untuk bangkit dari pengaruh ilusi yang masih mengikat mereka. Meskipun mereka sadar Galaxy sedang menghadapi bahaya besar, tubuh mereka lemah akibat pertempuran mental yang baru saja mereka lalui.

Davina melihat ke arah Galaxy, dan hatinya seakan merasa ada sesuatu yang berbeda. Ada perubahan di dalam diri Galaxy, sebuah kekuatan baru yang lahir dari pertempuran batinnya. Namun, meskipun ia ingin membantu, tubuhnya masih terlalu lemah untuk bergerak. “Galaxy…,” gumamnya dengan suara serak, matanya penuh kekhawatiran.

Di depan mereka, Galaxy dan Naga Kabut sudah berada di ambang pertarungan besar. Dengan satu gerakan cepat, Galaxy melesat maju, pedangnya menyala terang, menyerang langsung ke arah naga itu. Serangannya begitu cepat, pedangnya bergerak seperti kilatan cahaya, menebas udara dengan kekuatan dahsyat.

Naga Kabut berusaha menangkis serangan Galaxy dengan cakar dan sayapnya, namun kecepatan Galaxy luar biasa. Setiap ayunan pedang Galaxy seolah membawa hantaman kilat, memaksa naga itu untuk terus bergerak mundur. Suara dentingan pedang dan raungan naga menggetarkan udara.

Namun, saat Galaxy mulai mendesak Naga Kabut ke pojok, sesuatu terjadi. Naga itu tiba-tiba mengeluarkan kabut yang lebih tebal, dan dari kabut itu, muncul sosok-sosok yang sangat familiar bagi Galaxy—ayah, ibu, dan adiknya. Mereka berdiri di antara dirinya dan naga itu, wajah mereka penuh kasih sayang, namun juga duka.

“Ayah… Ibu… Adikku…” Galaxy bergumam, suaranya bergetar, dan tangannya yang semula teguh kini mulai gemetar. Pedangnya yang berkilau kini terasa lebih berat. Serangan Galaxy berhenti seketika, jiwanya terombang-ambing antara kenyataan dan ilusi yang menyayat hatinya.

Lihat selengkapnya