Sword Knight: Mount Neomir

Baggas Prakhaza
Chapter #17

Persiapan di Ambang Neomir

Di tengah malam yang sunyi, Galaxy dan teman-temannya berkumpul di sebuah perkemahan sederhana yang mereka dirikan di lembah, tak jauh dari perjalanan mereka menuju Gunung Neomir. Udara dingin menyelimuti mereka, namun api unggun yang mereka buat menyala hangat, menerangi wajah mereka yang tegang dan serius. Mereka tahu, perjalanan mereka akan semakin berat. Di depan mereka, Neomir bukan sekadar gunung biasa; itu adalah sarang para monster yang tak tertandingi kekuatannya.

Galaxy menatap api unggun, pikirannya penuh dengan bayangan akan apa yang menanti mereka di puncak. Sementara itu, Davina, Alios, dan Lilya duduk di sekelilingnya, membahas apa yang akan mereka hadapi.

“Kita semakin dekat dengan Gunung Neomir,” ujar Davina, suaranya penuh dengan kekhawatiran namun tetap tegas. “Dari semua informasi yang kita punya, gunung itu dilindungi oleh berbagai makhluk yang tak terbayangkan. Naga bukanlah satu-satunya musuh kita. Ada Ular Raksasa, Kelabang Besi, bahkan Kuda Tengkorak yang sangat besar.”

Alios mengangguk, matanya fokus pada api unggun. “Monster-monster itu tidak hanya kuat secara fisik, tapi juga memiliki kemampuan magis yang bisa mengalahkan pasukan biasa dalam hitungan menit. Kita harus siap untuk apapun yang mereka lemparkan pada kita.”

Lilya, yang sedang memandangi peta Neomir yang terbentang di atas tanah, menambahkan, “Gunung ini memiliki medan yang sangat sulit. Kita harus mendaki melalui jalur yang penuh dengan jurang dan tebing curam. Tidak hanya itu, kabut tebal yang menyelimuti gunung bisa membuat kita tersesat dengan mudah.”

Galaxy mengangguk pelan, mendengarkan setiap kata teman-temannya, namun pikirannya melayang ke arah yang lebih dalam. Ia tahu betul apa yang akan mereka hadapi, tapi hatinya sekarang merasa lebih ringan, seolah beban trauma yang selama ini menghantuinya mulai memudar. Ia telah mengalahkan Naga Kabut, mengalahkan ketakutan dan rasa bersalahnya. Namun, Galaxy tahu, pertarungan yang sebenarnya belum dimulai.

“Aku tidak peduli dengan seberapa kuat monster-monster itu,” kata Galaxy, suaranya tegas namun tenang. “Kita telah sampai sejauh ini, dan aku yakin, kita akan menemukan Pedang Dewa di puncak gunung. Bagaimanapun caranya.”

Teman-temannya saling berpandangan. Mereka melihat perubahan dalam diri Galaxy—keyakinan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Namun, meski begitu, mereka tahu, perjalanan ini akan menuntut lebih dari sekadar kekuatan fisik dan mental. Ini adalah ujian dari setiap aspek keberanian mereka.

Setelah diskusi selesai, Galaxy bangkit berdiri dan mulai berjalan menjauh dari perkemahan. Ia merasakan dorongan untuk merenung sendirian, untuk mencari ketenangan dalam pikirannya yang semakin dipenuhi oleh pemandangan Neomir yang semakin dekat. Ia mendaki sebuah bukit kecil yang memberi pemandangan langsung ke arah Gunung Neomir.

Di atas bukit itu, Galaxy berdiri sendiri, angin malam berhembus kencang, membawa aroma laut dan hutan. Dari kejauhan, ia bisa melihat puncak Gunung Neomir yang menjulang tinggi, dikelilingi oleh awan gelap pekat dan petir yang menyambar dengan cahaya merah menyala. Pemandangan itu luar biasa, namun juga mengerikan—seakan gunung itu sendiri adalah gerbang ke dunia yang tidak diinginkan siapapun untuk memasukinya.

Lihat selengkapnya