Setelah berhasil mengalahkan ular pasir raksasa, Galaxy melompat turun dari tubuhnya yang sudah tak bernyawa. Namun, sebelum ia sempat menghela napas, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari kejauhan. Dengan cepat, ombak besar muncul dari arah laut, bergerak dengan kekuatan yang mengerikan, menghantam pantai dan pulau dengan ganas.
"Apa lagi ini?!" seru Davina dengan panik, tubuhnya mencoba tetap tegak di tengah gelombang angin dan pasir yang menghantam mereka.
Beruntung, Lilya yang berdiri di sisi belakang segera bertindak cepat. Dengan tongkat sihirnya yang bersinar keemasan, ia mengucapkan mantra pelindung dengan cepat, “Golden Shield!”
Segera, sebuah perisai besar berwarna emas muncul di depan mereka, memblokir ombak yang hampir menelan mereka semua. Ombak besar itu menghantam perisai dengan suara gemuruh yang memekakkan telinga, namun kekuatan sihir Lilya cukup kuat untuk menahan dampaknya. Mereka semua berdiri aman di balik perisai, meskipun tanah di sekitar mereka terguncang hebat akibat kekuatan air.
Davina dan yang lainnya mendesah lega saat ombak besar itu perlahan-lahan surut, namun kelegaan mereka hanya berlangsung sesaat. Ketika air kembali tenang, sesuatu yang jauh lebih mengerikan muncul di hadapan mereka.
Dari balik pasir basah yang tersapu ombak, perlahan muncul makhluk raksasa dengan tubuh panjang dan sisik berwarna merah mengkilat. Bentuknya seperti kelabang, tapi jauh lebih besar dan lebih mengancam dari kelabang biasa. Tubuhnya berkilauan seperti logam, dan kakinya yang banyak bergerak dengan kecepatan yang mematikan, menciptakan suara gesekan keras saat bergesekan dengan pasir dan batu.
“Kelabang Besi!” teriak Alios dengan mata terbelalak, mengenali makhluk itu.
Kelabang raksasa itu mengeluarkan suara desis yang mengerikan, matanya yang merah menyala menatap mereka dengan penuh amarah. Tubuhnya yang besar bergerak dengan lincah, dan kepalanya yang penuh taring mengarah langsung ke mereka, siap menyerang.
Alios, tanpa ragu-ragu, segera mengambil busur dan menarik anak panahnya. “Arrow of Death!” serunya sambil melepaskan anak panah dengan kekuatan penuh. Anak panah itu melesat dengan kecepatan kilat, langsung menuju kepala kelabang itu.
Namun, saat anak panah itu mengenai tubuh kelabang, suara benturan keras terdengar, seperti besi menghantam batu. Anak panah Alios sama sekali tidak menembus tubuh kelabang besi itu, hanya membuat percikan kecil sebelum jatuh ke tanah.
“Tidak mungkin...” Alios bergumam terkejut. “Jurusku tidak berpengaruh sama sekali?”
Kelabang itu tertawa mengejek, suara tawanya terdengar seperti logam beradu, mengerikan dan menghantui. “Kalian kira tubuhku terbuat dari apa, hah?” ucap kelabang itu dengan suara serak, namun jelas.
Davina menoleh dengan terkejut. “Dia bisa berbicara?”
Kelabang itu mendesis keras, lalu menjawab, “Jangan anggap aku monster rendahan yang tidak bisa berbicara, dasar makhluk lemah!”
Galaxy yang dari tadi diam memperhatikan, maju ke depan dengan tatapan penuh keyakinan. Dia menodongkan pedang Azura ke arah kelabang itu. “Siapa yang di antara kita yang lemah, dasar kelabang sampah!” ucapnya dengan tegas.
Ketika kelabang itu melihat pedang yang digunakan Galaxy, tubuhnya yang besar bergetar, dan desisannya berubah menjadi lebih rendah, seolah-olah ketakutan. Kelabang itu mundur beberapa langkah, matanya memandang pedang Azura dengan ketakutan yang jelas terlihat.
“Apa kau anak dari kedua kesatria berpedang legendaris, Merlin Azura dan Erlang Azura?” tanya kelabang itu dengan suara gemetar.
Galaxy mengangguk, matanya tidak berpaling dari kelabang itu. “Iya, mereka ayah dan ibuku.”
Mendengar itu, Davina, Alios, dan Lilya semua terkejut dan terdiam. Kebenaran itu menghantam mereka dengan keras, seolah-olah sebuah rahasia besar baru saja terungkap di hadapan mereka. Galaxy adalah anak dari para kesatria legendaris yang pernah menggemparkan dunia.
Kelabang itu mendesis lagi, kali ini suaranya lebih rendah. “Sudah aku duga... kau kesini ingin mengambil Pedang Dewa, bukan?”