Galaxy tenggelam dengan cepat ke dasar danau, tubuhnya terperangkap dalam kegelapan dan air dingin yang membeku. Rasa dingin menusuk hingga tulang, membuat setiap gerakan terasa berat dan lambat. Ketika akhirnya dia membuka matanya, dunia di sekelilingnya terasa asing dan menakutkan. Cahaya dari permukaan danau hampir tak mencapai tempatnya sekarang. Galaxy menggenggam erat pedangnya, merasakan kekuatan pedang itu di tangannya yang basah dan gemetar.
Dia mencoba menenangkan dirinya, menahan napas dan mengamati sekelilingnya. Air danau terasa sunyi, tetapi Galaxy tahu dia tidak sendirian di sini. Ada sesuatu yang berbahaya, sesuatu yang lebih besar dan lebih kuat sedang menunggu untuk menyerangnya. Tanpa peringatan, tiba-tiba kuda tengkorak raksasa yang tadi muncul di permukaan, kini berenang dengan cepat menuju Galaxy dari arah kegelapan.
Dalam hitungan detik, kuda tengkorak itu menghantam tubuh Galaxy dengan kekuatan dahsyat, membuat tubuhnya terlempar mundur. Galaxy merasakan rasa sakit yang luar biasa saat tulang-tulangnya beradu dengan air es yang keras. Nafasnya semakin menipis, dan dia tahu bahwa waktu sedang berpacu. Kuda tengkorak itu tidak memberinya ruang untuk bernapas. Kuda itu melancarkan serangan berulang-ulang, menabrak Galaxy dari berbagai arah dengan kecepatannya yang mengerikan, membuat Galaxy semakin sulit untuk mempertahankan keseimbangannya di bawah air.
Dalam kebingungannya, Galaxy mencoba berenang ke permukaan. Ia bisa melihat samar-samar cahaya dari atas, namun setiap kali ia bergerak mendekat, kuda tengkorak itu dengan cepat menghantamnya lagi, membuat Galaxy jatuh lebih dalam ke dasar danau. Darah mengalir dari mulutnya, campuran antara air dan darah membuat pandangannya semakin kabur. Galaxy tahu bahwa dia harus segera keluar dari sini, atau dia akan mati tenggelam.
Namun, setiap kali dia mencoba untuk mendekati permukaan, kuda itu kembali menyerangnya dengan serangan brutal. Galaxy tahu bahwa dia tidak bisa terus berlari. Dia harus menghadapi makhluk ini di bawah air, atau tidak akan ada jalan keluar. Dia berhenti mencoba naik ke atas dan mulai berpikir.
Dengan pedang di tangan, Galaxy menancapkan pedangnya ke dinding es di sekitarnya, menciptakan tumpuan agar dia bisa menahan diri. Setelah beberapa detik, dia berhasil mencapai permukaan danau yang kini beku, menancapkan pedangnya ke es di atas untuk menahan dirinya agar tidak tenggelam lagi. Dengan nafas yang terengah-engah, Galaxy mencoba mengatur dirinya kembali, mencoba menemukan strategi untuk menghadapi kuda tengkorak itu.
Galaxy tahu, bertarung di bawah air akan jauh lebih sulit dibandingkan di daratan. Tapi dia juga tahu bahwa kekuatannya berasal dari fokus dan ketenangan. Dia memejamkan matanya dan mulai menarik napas panjang, menenangkan pikirannya. Dalam keheningan air yang dingin, Galaxy bisa merasakan jantungnya berdetak pelan, tapi teratur.
Tiba-tiba, pedang Galaxy bersinar terang. Cahaya biru yang memancar dari pedang itu memberikan kehangatan yang aneh dalam kegelapan air. Energi baru mengalir melalui tubuh Galaxy, memberikan kekuatan baru dalam dirinya. Galaxy tahu bahwa ini adalah momen untuk bertindak. Dia mengangkat pedangnya, meyakinkan dirinya bahwa dia bisa mengalahkan kuda tengkorak ini.