Galaxy telah diselamatkan dari kedalaman danau yang membeku oleh Davina dan kawan-kawannya. Namun, tubuhnya kini dalam kondisi yang sangat buruk. Tubuh Galaxy hampir membeku, kulitnya pucat, bibirnya membiru, dan tubuhnya bergetar hebat. Davina duduk di sampingnya, cemas, sambil terus memanggil-manggil nama Galaxy dengan panik. "Galaxy! Bangun, tolonglah!" Suaranya penuh kekhawatiran, tetapi Galaxy tidak merespon sama sekali. Matanya tertutup rapat, napasnya tipis, seolah berada di antara hidup dan mati.
Di dekat mereka, Lilya, dengan wajah serius, segera melantunkan mantra pemulihan untuk menghangatkan tubuh Galaxy. Kedua tangannya berpendar lembut dengan cahaya emas, dan udara di sekitar mereka mulai menghangat perlahan. Meskipun demikian, proses pemulihan ini memerlukan waktu dan kekuatan. Di sisi lain, Alios menjaga jarak, dengan busur yang siap, matanya waspada mengawasi area sekitar untuk memastikan bahwa tidak ada ancaman yang mendekat selama mereka berusaha menyelamatkan Galaxy.
Sementara tubuh Galaxy perlahan menghangat di dunia nyata, di dalam alam bawah sadarnya, Galaxy terjebak dalam dunia yang gelap dan penuh misteri. Dia berdiri di tengah ruang kosong yang seolah tidak memiliki batas. Tidak ada suara, tidak ada gerakan—hanya kegelapan yang pekat.
Tiba-tiba, cahaya merah menyala dari kegelapan di depannya, dan sosok besar muncul. Sesosok naga hitam raksasa dengan sayap yang membentang luas dan mata merah yang bersinar terang. Naga itu mengeluarkan aura kegelapan yang mengerikan, namun Galaxy berdiri tegak, tidak ada rasa takut di wajahnya. Dia menatap langsung ke mata sang naga, yang berkilau dengan cahaya merah menyala.
"Kau tidak perlu waspada, Galaxy. Aku adalah pedang yang kau bawa," kata sang naga dengan suara rendah namun memekakkan, suaranya terdengar seolah berasal dari dalam kepala Galaxy. Kata-kata itu menggema di dalam ruang kosong itu, menggetarkan jiwa Galaxy.
Galaxy mengepalkan tangannya, amarahnya muncul seketika. “Pedang ini…” bisiknya penuh kemarahan. “Kau yang menyebabkan aku kehilangan keluargaku! Aku membantai keluarga Azura di desaku karena tak bisa mengendalikanmu!”
Sang naga menatap Galaxy dengan tenang, seolah tidak terpengaruh oleh ledakan emosinya. “Aku dulu memiliki nafsu untuk membalaskan dendamku terhadap keluarga Azura,” kata naga itu dengan suara yang semakin dalam. “Mereka mengunciku dalam pedang ini dan menjadikanku alat untuk kepentingan manusia. Kebencianku terlalu kuat hingga menguasai pemilik pedang, termasuk dirimu.”
Galaxy berteriak dengan penuh kemarahan. “Jika kau bisa menahan dirimu, aku tidak akan kehilangan segalanya! Aku kehilangan keluargaku karena kebencianmu!”