Sword Knight: Mount Neomir

Baggas Prakhaza
Chapter #24

Naga Neomir

Galaxy melesat dengan kecepatan luar biasa, tubuhnya menyatu dengan angin saat dia terbang menuju puncak Gunung Neomir. Kekuatan yang mengalir dari pedang kegelapan dalam genggamannya membuatnya merasa tak terbendung. Saat ia memasuki area pegunungan, angin dingin bertiup kencang, mencambuk wajahnya, tetapi dia tetap fokus pada tujuan utamanya. Tanah di bawahnya terbelah ketika dia mendarat dengan kekuatan penuh, menyebabkan retakan besar di tempat pijakannya. “Kekuatan ini…,” bisiknya, napasnya berat tetapi penuh semangat, “kekuatan yang sangat luar biasa.”

Namun, kekaguman Galaxy pada kekuatan barunya tidak bertahan lama. Tiba-tiba, seluruh Gunung Neomir bergetar hebat, tanah bergetar seolah hendak meletus, dan suara gemuruh keras terdengar dari dalam perut gunung. Lava panas di dalam gunung itu mulai bergerak, memancarkan panas yang semakin terasa ke permukaan. Galaxy berdiri tegak, menatap sekelilingnya dengan waspada.

Pandangan matanya kemudian tertuju pada sebuah pedang suci yang tertancap di dinding gunung, diikat dengan rantai emas yang kokoh. Pedang itu memancarkan cahaya putih yang terang, kontras dengan kegelapan gunung yang menyelimuti sekitarnya. Galaxy menatap pedang itu, hatinya dipenuhi rasa penasaran dan tekad. “Itu dia… Pedang Kesucian. Tapi di mana naga berkepala tiga itu?” gumamnya.

Dia menutup matanya, mencoba merasakan keberadaan naga itu dengan tenang. Namun, tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Awan-awan hitam semakin tebal, menggulung di atas gunung, dan petir-petir merah menyambar dari langit, memancarkan suara yang memekakkan telinga. Galaxy membuka matanya lagi, merasakan getaran yang semakin kuat. “Dia datang…” Suaranya pelan, tetapi penuh keyakinan. Getaran di dalam gunung semakin hebat, menandakan bahwa sesuatu yang besar sedang bergerak di dalamnya.

“Tapi, seberapa besar naga itu?” pikir Galaxy. Dia mencoba mempertimbangkan bagaimana dia akan menghadapi makhluk sebesar itu. Pedang kegelapan di tangannya bersinar terang, seolah merespon kegelisahan Galaxy.

Sementara itu, di tempat lain, Davina, Alios, dan Lilya berlari secepat mungkin untuk mengejar Galaxy. Nafas mereka terengah-engah, tetapi tekad mereka tidak goyah. Mereka tahu bahwa Galaxy membutuhkan mereka. Tiba-tiba, Davina berhenti, pandangannya tertuju ke langit. Di sana, di antara awan hitam, sesosok besar muncul dengan sayap yang membentang luas, menutupi sebagian besar langit.

“Apa-apaan ukuran naga itu!” seru Alios dengan kaget. Matanya terbuka lebar, tak percaya pada apa yang dilihatnya. Naga itu benar-benar sangat besar, ukurannya mungkin lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan.

Davina mengepalkan tangannya. “Kita harus menyusul Galaxy secepatnya dan membantunya!” ujarnya tegas. Mereka kembali berlari, mempercepat langkah mereka meskipun jalanan terjal dan berbahaya.

Di puncak Gunung Neomir, Galaxy berdiri di hadapan pintu masuk gua besar yang dipenuhi dengan hawa panas. Suara gemuruh terdengar dari dalam, dan dari kegelapan muncul sosok besar yang membuat seluruh tubuh Galaxy tegang. Naga berkepala tiga itu melangkah keluar, tubuhnya berkilauan dengan sisik-sisik hitam mengilap. Ketiga kepalanya berputar, melihat ke arah Galaxy, dengan mata merah menyala penuh kebencian.

“Hei, anak muda, apakah kau mau menghantarkan nyawamu ke sini?” kata naga itu dengan suara yang berat dan menggema, seolah seluruh gunung berbicara. Setiap kata yang keluar dari mulut naga itu membuat udara di sekitar mereka bergetar.

Lihat selengkapnya