Davina, Alios, dan Lilya bergerak cepat menuju Pedang Kesucian yang tertancap di dinding Gunung Neomir. Setiap langkah mereka terasa berat, tetapi tekad untuk membantu Galaxy mendorong mereka maju. Angin panas yang keluar dari gunung bercampur dengan debu dan serpihan batu, membuat penglihatan mereka semakin terbatas. Alios memimpin di depan, menggunakan busurnya untuk menyingkirkan bebatuan yang menghalangi.
“Kita harus segera membebaskan pedang ini!” seru Lilya, napasnya terengah-engah. Dia menatap rantai emas yang mengikat pedang itu, memancarkan cahaya terang yang seolah menolak untuk dilepaskan.
Alios mencoba menarik rantai itu dengan sekuat tenaga, tetapi rantai tersebut tidak bergeming. “Rantainya terlalu kuat! Kita butuh cara lain!”
Sebelum mereka bisa melakukan lebih banyak usaha, salah satu kepala naga yang besar dan menakutkan menoleh ke arah mereka bertiga. Mata merah menyala itu memancarkan kebencian yang luar biasa. “Apa yang kalian coba lakukan, manusia-manusia kecil?!” suaranya menggema, seperti guntur yang menggetarkan udara di sekitar mereka.
Dengan satu gerakan cepat, naga itu menghempaskan ekornya ke arah mereka. Ekor besar itu seperti cambuk raksasa, menghantam tanah dengan kekuatan yang menghancurkan. Davina, Alios, dan Lilya terhempas keras, tubuh mereka terlempar ke udara sebelum jatuh ke dalam gunung yang dalam.
“Aaah!” teriak mereka serempak, merasa tubuh mereka jatuh bebas. Batu-batu tajam dan tebing curam berada di bawah mereka, siap menyambut dengan keras. Davina mencoba meraih sesuatu untuk menghentikan jatuhnya, tetapi tidak ada yang bisa dijangkau. Lilya berteriak, mantranya tidak bisa keluar dengan sempurna karena syok dan ketakutan yang melandanya.
“Kita akan jatuh!” teriak Alios, matanya melihat ke bawah dengan ngeri. Tetapi tiba-tiba, tubuh mereka bertiga berhenti, terhenti oleh kekuatan tak terlihat yang menahan mereka di udara. Davina menyadari bahwa itu adalah sihir Lilya yang secara otomatis aktif untuk melindungi mereka. Namun, meskipun sihir itu menyelamatkan nyawa mereka, tubuh mereka tetap terluka dan terasa lemah.
Sementara itu, di atas sana, Galaxy melihat teman-temannya dalam bahaya. Hatinya berdegup kencang, dan napasnya semakin berat. “Aku harus melindungi mereka…” gumamnya pelan, tubuhnya bergetar karena kelelahan. Tapi dia tahu bahwa menyerah bukanlah pilihan.
Dengan penuh tekad, Galaxy bangkit, meski rasa sakit menyelimuti seluruh tubuhnya. Dia meraih pedang kegelapan yang berada di sampingnya, dan dengan gerakan yang perlahan namun mantap, dia membuka balutan kain yang selama ini menutupi pedang tersebut. Kain itu jatuh ke tanah, terombang-ambing oleh angin gunung yang kencang.
“Sword of Darkness!” seru Galaxy, mengangkat pedangnya tinggi-tinggi ke udara. Pedang kegelapan itu kini terungkap sepenuhnya, memancarkan aura hitam pekat yang membara. Kilatan-kilatan petir merah mulai muncul di sekitar pedang, menyebar ke udara sekitarnya. Kekuatan pedang itu begitu kuat hingga membuat tanah di bawah Galaxy bergetar.