Sword Knight: Mount Neomir

Baggas Prakhaza
Chapter #27

Kekuatan Terakhir

Tubuh besar naga berkepala tiga itu bergerak cepat, melesat dengan kekuatan yang mengerikan. Dengan satu gerakan tiba-tiba, ia menghantam Alios dan Lilya dengan ekornya yang besar, membuat kedua sahabat Galaxy itu terlempar jauh. Tubuh mereka terhempas keras ke bebatuan, lalu jatuh berguling-guling, membuat debu dan batu beterbangan. Jeritan kesakitan mereka menggema, melukai hati Galaxy dan Davina yang tak berdaya menyaksikan kejadian itu.

“Alios! Lilya!” teriak Davina dengan suara penuh kepanikan. Matanya terbuka lebar, tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Kedua sahabat mereka terkapar di tanah, luka-luka parah menggores tubuh mereka.

Naga itu tidak berhenti. Dengan keganasan yang luar biasa, ia membuka rahangnya yang besar dan menggigit tubuh Alios dan Lilya, mengangkat mereka ke udara seolah-olah mereka hanyalah mainan kecil. Darah segar mengalir dari luka mereka, meresap ke tanah. Suara tulang yang retak terdengar jelas, membuat setiap orang yang mendengar merinding.

“Tidak! Tidak! Lepaskan mereka!” teriak Galaxy, matanya mulai basah. Tetapi teriakannya hanya menggema tanpa arti di tengah kehancuran. Naga itu mencengkeram mereka lebih erat, mengangkat tubuh mereka lebih tinggi, lalu dengan gerakan cepat, ia menghantamkan tubuh mereka ke tanah dengan kekuatan yang dahsyat. Dentuman besar terdengar, membuat tanah bergetar dan menciptakan lubang besar di tempat mereka jatuh.

Davina berdiri mematung, tubuhnya terasa lemas, seluruh kekuatannya seolah menghilang dalam sekejap. Dia melihat Alios dan Lilya yang kini tergeletak di tanah, tak bergerak. Mata mereka terbuka, tapi tak lagi memancarkan cahaya kehidupan. Darah mengalir dari mulut dan luka-luka mereka, menyatu dengan debu dan tanah. Kesunyian yang menakutkan menyelimuti area itu.

“Tidak... tidak... ini tidak mungkin...” bisik Davina, suaranya bergetar. Kakinya seolah tak mampu menopang tubuhnya lagi. Dia jatuh berlutut, air mata mengalir deras di pipinya. “Alios... Lilya...” Tangannya gemetar, mencoba meraih sahabat-sahabatnya yang kini tak lagi bernyawa.

Galaxy hanya bisa berdiri terpaku. Amarah, rasa sakit, dan penyesalan berputar-putar di dalam dadanya, menciptakan badai emosi yang tak terkendali. Ia melihat tangan Lilya yang terulur ke arahnya, namun tak bergerak. Alios dengan busur patahnya, tergeletak di sampingnya. Mereka sudah pergi, meninggalkannya.

“Kita... tidak bisa menyelamatkan mereka...” bisiknya, suaranya terdengar serak dan patah. Pedang kegelapan di tangannya terasa berat, seolah semua kekuatan yang dimilikinya lenyap seketika.

Davina hanya bisa menangis, tubuhnya gemetar. “Kita harusnya bisa... kita seharusnya bisa melindungi mereka...!” tangisnya semakin keras, perasaan bersalah dan kehilangan melanda dirinya dengan hebat. Zirah sucinya yang sebelumnya bersinar terang kini tampak redup, seolah mencerminkan kekosongan di dalam hatinya.

Galaxy melepaskan pedangnya, pedang kegelapan itu jatuh ke tanah dengan suara dentingan yang nyaring, seperti memantulkan kehampaan di dalam hatinya. Dia merasa seluruh tenaganya habis, tubuhnya terasa lemah. Pandangannya buram, dan untuk sesaat, dia merasa ingin menyerah, membiarkan dirinya tenggelam dalam kegelapan.

Lihat selengkapnya