Matahari baru saja muncul dari ufuk timur, sinarnya perlahan-lahan menghangatkan pulau Neomir. Galaxy dan Davina telah bersiap sejak pagi. Mereka meninggalkan pantai tempat peristirahatan terakhir sahabat-sahabat mereka, Alios dan Lilya. Meskipun kenangan itu masih terasa begitu nyata, mereka berdua telah belajar untuk merelakannya. Rasa kehilangan yang dulu begitu berat kini telah berubah menjadi kekuatan baru dalam diri mereka.
Dengan langkah ringan, mereka berjalan meninggalkan pantai dan memasuki hutan kecil yang menghubungkan pantai dengan dataran lebih tinggi di tengah pulau. Perasaan lega dan tenang terasa mengiringi perjalanan mereka, seperti beban besar yang dulu menekan bahu mereka kini telah diangkat. Galaxy membawa busur Alios di punggungnya, dan Davina menggenggam erat kalung Lilya yang kini melingkar di lehernya.
Setelah melewati hutan, mereka tiba di sebuah lapangan rumput yang luas dan hijau. Padang rumput ini sangat luas, membentang sejauh mata memandang, dihiasi oleh bunga-bunga liar berwarna-warni yang menari ditiup angin pagi. Burung-burung berkicau riang, seolah menyambut mereka dengan kegembiraan yang tulus. Galaxy berhenti sejenak, memandang sekeliling dengan tatapan takjub. Ia menghirup udara segar dalam-dalam, merasakan energi baru mengalir dalam dirinya.
Ia kemudian menoleh ke arah Davina, yang berdiri di sampingnya, tersenyum lebar dengan cahaya pagi yang menerangi wajahnya. “Aku senang melihat senyumanmu, Galaxy,” kata Davina lembut, suaranya terdengar lebih ceria daripada sebelumnya.
Galaxy mengangkat alisnya, sedikit bingung. “Kenapa kau mengatakan itu?” tanyanya dengan penasaran. Sejak pertempuran melawan naga berkepala tiga di Gunung Neomir, ia merasa banyak hal dalam dirinya telah berubah, tetapi ia belum benar-benar menyadarinya.
Davina tertawa kecil, senyum manis masih menghiasi wajahnya. “Kau dulu sangat sulit untuk tersenyum, Galaxy. Bahkan, ada saat-saat di mana aku merasa sangat bosan berjalan bersamamu karena kau begitu serius. Tapi sekarang, melihat senyummu saja membuatku bahagia.” Ia berhenti sejenak, mengingat masa-masa sulit ketika mereka pertama kali memulai perjalanan ini. “Aku tahu, mungkin semua ini karena banyak hal yang telah kita lalui bersama, tapi perubahanmu membuatku yakin bahwa kita akan baik-baik saja.”
Galaxy mendengarkan dengan seksama. Kata-kata Davina seperti angin segar yang membawa kelegaan dalam dirinya. Ia ingat, sebelum bertemu Davina dan sahabat-sahabat mereka, hidupnya hanya dipenuhi oleh ketakutan dan trauma akan pedang kegelapan yang selalu ia bawa. Sekarang, meskipun masih ada bayangan masa lalu yang menyelimutinya, ia merasa lebih kuat dan lebih tenang.
“Aku tidak tahu harus berkata apa, Davina,” jawab Galaxy sambil menatap rumput hijau yang bergoyang pelan diterpa angin. “Kau dan yang lain telah mengubahku. Dulu, aku merasa begitu terisolasi, bahkan ketika berada di tengah keramaian. Tapi kau selalu ada, mendukungku tanpa pernah menyerah. Itu membuatku ingin menjadi lebih baik, tidak hanya untuk diriku sendiri, tetapi juga untuk kalian semua.”
Davina mengangguk perlahan. “Itu karena kami percaya padamu, Galaxy. Kami tahu, di dalam dirimu ada kebaikan dan kekuatan yang luar biasa. Kau hanya perlu melihatnya dan mempercayainya.”
Keduanya terdiam sejenak, menikmati ketenangan yang jarang mereka rasakan. Perjalanan mereka selama ini penuh dengan bahaya dan tantangan yang nyaris mengorbankan segalanya. Namun, pada saat itu, berdiri bersama di tengah padang rumput yang luas, semua penderitaan itu terasa jauh.
“Kau benar, Davina,” ujar Galaxy akhirnya, menoleh dan tersenyum hangat pada gadis di sampingnya. “Aku merasa jauh lebih baik sekarang. Terima kasih telah berada di sini, dan... untuk tidak pernah menyerah padaku.”