Sword Knight Season II - Revealing the Mystery

Baggas Prakhaza
Chapter #3

Kembalinya Sang Putri

Davina, dengan rantai emas yang masih melilit pergelangan tangannya, memasuki gerbang besar kerajaan Riz di bawah tatapan rakyat yang memenuhi jalanan. Suasana meriah, dengan suara sorak-sorai dan teriakan rakyat yang menyambut kedatangan calon ratu yang telah lama menghilang.

“Selamat datang calon ratu kita!” teriak seorang wanita tua dengan senyum penuh harap.

“Calon ratu kita akhirnya kembali!” teriak seorang pria paruh baya dengan semangat.

Suara riuh itu bercampur dengan tatapan kagum dari orang-orang yang berkumpul di sekitar kerajaan. Di langit, naga-naga keluarga Riz terbang berputar, menciptakan bayangan gelap yang bergerak seiring dengan teriakan rakyat. Semua orang di kerajaan Riz memiliki rambut putih berkilau—simbol garis keturunan mereka yang kuat dan murni.

Namun, di tengah suasana gembira itu, Davina merasa terperangkap. Rantai emas yang mengikat pergelangannya terasa berat, seperti simbol belenggu dari kehidupan yang selalu berusaha ia tinggalkan. Dia berjalan dengan kepala tegak, namun di dalam hatinya, ia berusaha menahan air mata.

Setiap langkah yang ia ambil diiringi tatapan rakyatnya, namun ada sesuatu yang terasa ganjil di tengah keramaian itu. Dari kejauhan, seseorang berjubah putih berdiri di puncak menara tertinggi kerajaan, memandangi Davina dengan sorot mata yang tajam namun penuh misteri. Ketika mata Davina bertemu dengan orang misterius berjubah itu, sosoknya tiba-tiba menghilang, seperti bayangan yang tersapu angin.

“Siapa dia?” gumam Davina dalam hati, meskipun perasaan aneh yang ditimbulkan oleh sosok itu hanya bertahan sejenak sebelum perhatiannya kembali kepada apa yang ada di hadapannya.

Sang Raja Riz, yang berjalan dengan langkah pasti di depan rombongan, menoleh ke arah rakyat yang menyambut dengan penuh antusias. Ia mengangguk singkat, tanda persetujuannya, namun tatapan matanya kembali dingin ketika ia melihat Davina yang masih terikat.

Di sebelahnya, Panglima Erlang membawa pedang Davina dengan sikap angkuh. Senyum licik yang terukir di wajahnya menunjukkan betapa puasnya dia dengan keadaan saat ini—Davina kembali ke rumah dengan keadaan terikat, sementara Galaxy, musuh bebuyutannya, tertinggal jauh di belakang, tak mampu melawan kekuatan keluarga Riz.

"Kau pikir dirimu bisa melarikan diri selamanya, Davina?" Erlang berbisik dengan nada mengejek. "Kini kau kembali, dan tak lama lagi, kau akan menjadi milikku. Begitu takdir kita terpenuhi, kau akan paham bahwa ini adalah jalan terbaik."

Davina hanya bisa menggertakkan giginya menahan amarah. Dia tahu, tidak ada gunanya melawan sekarang. Namun, tekadnya tetap kuat: ia akan menemukan cara untuk keluar dari belenggu ini, dan Galaxy... Galaxy pasti akan datang menyelamatkannya.

Setibanya mereka di depan pintu besar kerajaan, penjaga-penjaga kerajaan dengan rambut putih seperti salju segera membuka pintu kayu raksasa yang dihiasi ukiran naga dan kilauan perak. Pintu itu perlahan terbuka, memperlihatkan aula megah kerajaan Riz yang dipenuhi dengan hiasan dari logam langka, kain sutra, dan cahaya obor yang menyala terang.

Lihat selengkapnya