Langit malam mulai menampakkan wajah bulannya yang pucat, menggantung rendah di atas arena pertempuran. Pertarungan sengit antara Erlang dan naga tiga bersaudara telah mengguncang tanah dan laut. Gelombang besar menghantam pantai, sementara pegunungan terbelah di kejauhan akibat kekuatan hebat dari kedua pihak. Erlang, yang masih tegak di atas reruntuhan istana, memandang ke arah Athena dengan senyum licik menghiasi wajahnya. Tatapannya tajam dan penuh kebencian, seolah ia sudah tahu bahwa tidak ada yang bisa menandingi kekuatannya.
“Aku sudah bilang, tak ada yang bisa mengalahkanku,” ucap Erlang dengan tawa sinis. “Jadi, bagaimana denganmu, Athena? Kau masih punya nyali untuk melawanku?”
Athena merasakan ketegangan yang memuncak di udara. Dengan tangan yang sedikit bergetar, ia memegang erat gagang pedangnya. Meskipun ketakutan menyelimuti dirinya, Athena tahu ia tidak bisa mundur. Namun, naluri bertarungnya terus memberi sinyal bahaya yang luar biasa, dan langkah demi langkah ia mundur, berusaha menjaga jarak dari Erlang. Kegelapan yang melingkupi tubuh Erlang semakin pekat, mengintimidasi siapa pun yang berada di dekatnya.
Tiba-tiba, dari kejauhan, ada suara gemuruh yang datang dari langit dan laut. Erlang, yang terbiasa mengendalikan keadaan, tidak sempat menyadari bahaya yang mendekat. Sebelum ia bisa bereaksi, seekor naga raksasa dari tiga bersaudara yang telah terpental sebelumnya melesat dengan kecepatan luar biasa dari arah laut. Dengan ekornya yang kuat, naga itu menghantam Erlang dengan keras, membuat tubuhnya terhempas jauh ke langit malam.
Erlang terlempar dengan cepat, seperti bintang jatuh, menembus awan hingga tak terlihat lagi di langit gelap. Namun, ini belum selesai. Naga tiga bersaudara, setelah menghempaskan Erlang, segera melompat ke udara. Di ketinggian, tubuh besar mereka berputar dengan anggun, dan dalam satu gerakan indah, mereka terpecah menjadi tiga naga individu lagi. Masing-masing naga mengeluarkan kilatan energi yang menyala terang, seakan-akan menyatu dengan kekuatan alam semesta itu sendiri. Mereka membentuk formasi penyegelan kuno yang hanya bisa dilakukan oleh makhluk sekuat mereka.
“Sealing of Spirits!” teriak ketiga naga itu secara serentak. Langit menjadi terang dengan cahaya magis yang muncul dari segel yang mulai terbentuk. Di tengah-tengah cahaya itu, gelembung raksasa terbentuk, memerangkap Erlang yang masih melayang di langit. Gelembung itu bersinar dengan aura pelindung yang sangat kuat, melingkupi Erlang sepenuhnya.
Erlang, yang kini mulai panik, mencoba memecahkan segel itu dengan serangan-serangan kegelapannya. “Kalian pikir segel bodoh ini bisa mengurungku?” Erlang tertawa dengan suara yang semakin jahat, namun tampak jelas bahwa ia mulai terdesak.