Keesokan harinya, desa Petir masih diselimuti kabut tipis dari embun pagi. Matahari belum menampakkan dirinya ketika Athena, Davina, dan sang Ratu bersiap untuk pergi menemui Naga Petir. Mereka bertiga melangkah dengan penuh ketenangan, namun dalam hati masing-masing, ada perasaan berbeda. Athena dan Davina memiliki tekad yang kuat untuk memperbaiki kemampuan mereka, sementara sang Ratu menyimpan kekhawatiran terhadap masa depan dan nasib anak-anaknya.
Sesampainya di tempat latihan, mereka disambut oleh sosok Naga Petir yang gagah berdiri di atas sebuah bukit kecil. Dengan tatapan tajam, naga tersebut mengamati gerakan di sekelilingnya. Athena dan Davina mencari keberadaan Galaxy, namun tidak terlihat di sekitar mereka.
"Dimana Galaxy?" tanya Davina sambil menatap Naga Petir dengan sedikit cemas.
Naga Petir menoleh sejenak ke arah utara, menunjuk dengan tangannya yang besar ke sebuah medan latihan. Di sana, terlihat Galaxy yang sudah memulai latihannya jauh sebelum fajar terbit. Tubuhnya yang kekar bergerak gesit di tengah-tengah badai salju kecil yang masih menggigit. Tanpa mengenakan baju pelindung, ia terus menantang dinginnya angin gunung. Tekad besar terpancar dari setiap langkahnya meski kakinya gemetar karena suhu yang menusuk tulang. Keringat bercampur dengan es kecil di tubuhnya, namun tatapannya tetap fokus ke depan.
Athena dan Davina yang melihat hal itu, tanpa menunggu perintah lagi, melompat dari tempat mereka berdiri dan segera bergabung dengan Galaxy di arena latihan. Mereka mulai melakukan gerakan-gerakan yang sama, bergerak dengan kecepatan tinggi di atas salju yang licin. Gerakan mereka begitu lincah, hampir seakan-akan melayang di atas salju. Ketika Galaxy menyadari bahwa Davina dan Athena sudah bergabung, ia meningkatkan kecepatan latihannya, tidak mau tertinggal. Meski tubuhnya sudah hampir tidak bisa menahan dingin, Galaxy terus memaksa dirinya untuk melangkah lebih jauh. Ia tahu, tidak ada jalan lain untuk menjadi kuat selain menghadapi batas kemampuannya.
Sementara itu, sang Ratu berdiri di sisi lapangan, mengamati anak-anaknya dengan penuh perhatian. Dia mendekati Naga Petir yang terlihat tenang sambil memperhatikan para muridnya. "Mengapa kau memberikan latihan seperti ini kepada mereka?" tanya sang Ratu. "Latihan ini terlihat kejam dan tidak manusiawi."
Naga Petir menoleh padanya, ekspresinya tetap datar namun tegas. "Latihan ini adalah yang paling dasar. Mereka harus menguasai ketangkasan, kesabaran, dan ketahanan diri sebelum aku mengajari mereka teknik bertarung dan jurus-jurus dari keluarga mereka masing-masing," jelasnya. "Yang akan mereka hadapi bukanlah musuh biasa. Jika mereka tidak siap dari segi mental dan fisik, teknik sehebat apa pun tidak akan berguna."
Sang Ratu memandangnya dengan rasa ingin tahu yang mendalam. "Mengapa kau sangat peduli dengan mereka? Kau bukan bagian dari kerajaan kami, namun terlihat seperti seorang pelindung bagi mereka." Ada nada lembut dalam pertanyaan tersebut, yang membuat Naga Petir terdiam sejenak, sebelum akhirnya menjawab dengan nada yang lebih rendah.