Sword Knight Season II - Revealing the Mystery

Baggas Prakhaza
Chapter #24

Naga Petir dan Latihannya

Hari demi hari berlalu dengan intensitas yang sama, penuh dengan latihan keras tanpa jeda. Galaxy, Athena, dan Davina berulang kali menantang batas kekuatan mereka, mencoba menguasai kemampuan mereka lebih dalam lagi. Setiap pagi, mereka mendaki gunung, dan setiap sore mereka turun untuk melatih teknik bertarung di padang rumput luas. Di bawah pengawasan Naga Petir, latihan mereka tidak hanya menguji fisik, tetapi juga jiwa dan mental mereka. Tapi tidak ada yang mudah dalam perjalanan ini.

Suatu siang yang terik, mereka bertiga berkumpul di tengah lapangan setelah bertarung tanpa henti selama berjam-jam. Keringat bercucuran dari tubuh mereka, sementara goresan dan luka mulai menghiasi kulit masing-masing. Galaxy memegang pedangnya dengan tangan yang gemetar, tubuhnya penuh dengan luka dan goresan. Napasnya tersengal-sengal, tetapi yang paling menyakitkan bukanlah fisiknya melainkan perasaan putus asa yang perlahan-lahan merayap ke dalam dirinya.

Akhirnya, dengan keputusan yang tegas, Galaxy menancapkan pedangnya ke tanah. Pedang itu tertancap kuat, bergetar sebelum akhirnya berhenti, seolah menjadi simbol dari kebuntuan yang dirasakan olehnya. Athena dan Davina, yang juga kelelahan, mengikuti langkahnya. Mereka menancapkan pedang mereka masing-masing ke tanah, berdiri diam, kehabisan tenaga dan semangat. Ketiganya tertunduk, terpaku dalam keheningan.

"Kita tidak mungkin mengalahkanmu, Petuah Naga Petir," kata Galaxy, suaranya penuh dengan keputusasaan yang bercampur rasa frustrasi. Kalimat itu keluar dengan susah payah dari mulutnya, menandakan betapa beratnya perasaan yang ia bawa.

"Benar kata Galaxy," tambah Davina, mencoba mengumpulkan kekuatannya untuk berbicara. "Mana mungkin kami bisa mengalahkanmu? Kami sudah berusaha sekuat tenaga."

Naga Petir, yang berdiri di depan mereka dengan anggun, menyaksikan seluruh kejadian itu dengan tatapan tenang. Namun, senyum tipis mulai terukir di sudut bibirnya. Tawa kecil menggema dari dalam dadanya, dan dia mulai tertawa pelan.

"Mengalahkanku, ya?" katanya sambil tersenyum lebih lebar, matanya menyipit penuh arti. "Hahaha, siapa yang mengatakan kalian bisa mengalahkanku?"

Galaxy mengerutkan kening, hatinya semakin kesal mendengar kata-kata itu. "Jika kami tidak bisa mengalahkanmu, bagaimana kami bisa melawan Keluarga Iblis? Bagaimana mungkin kami bisa mengalahkan kekuatan yang jauh lebih besar kalau mengalahkanmu saja mustahil?" ucapnya dengan nada yang semakin tinggi, penuh frustrasi.

Lihat selengkapnya