Sekitar sembilan belas unit Tank dari arah utara bergerak menuju ke arah Kota Konigstein. Diantara puluhan Tank tersebut, tiga diantaranya merupakan Tank T-90MS dari Prussia.
Ketiga Tank T-90MS tersebut berpencar, dimana Tank sayap kanan yang dikomandoi oleh Frederick Ludwig Viktor Maximilian Stanislav von Hohenzollern-Orange-Nassau bergerak ke arah barat, sedangkan Tank yang sayap kiri yang dikomandoi oleh Sergey Friedrich Ludwig von Schleswig-Holstein-Gottorp bergerak ke arah selatan, sedangkan Tank T-90MS yang berwarna hitam oleh Fredericka Louise Reginleif Athena Leonne von Hohenzollern-Orange-Nassau bergerak ke arah timur.
Sebuah misil ATGM meluncur dari atas sebuah gedung menuju ke arah Tank T-90MS yang dikomandoi oleh Maximilian, namun misil tersebut justru seperti menjadi bumerang ketika menghantam operatornya yang berada di atas, setelah Maximilian menggunakan kekuatannya yang bisa mengendalikan api, udara, listrik dan panas sehingga misil tersebut menjadi bumerang bagi operatornya.
“Kamerad Maximilian memang hebat,” puji supir Tank bernama Franz Roman.
“Ini hanya keberuntungan dari kita, dan lakukan yang terbaik,” kata Lelaki berambut gelap tersebut. Sebuah tembakan dari arah jam satu hampir saja mengenai turet Tank T-90MS yang dikomandoi oleh Maximilian.
“Tembak Tank Leopard 2 yang berada pada posisi arah jam tujuh,” perintah Maximilian pada Krzysztof Sobczak dan tembakannya mengenai turet Tank Leopard 2 yang berwarna hijau.
Sementara itu Tank T-90MS yang dikomandoi oleh Sergey von Gottorp bergerak maju menerobos hujan peluru yang ditembakkan oleh Tentara Czechskia dan Prajurit Bayaran Afrika.
“Tembak,” perintah Sergey von Gottorp. Tembakan dari Tank T-90MS yang dia komandoi menghancurkan pertahanan musuh. Dari balik sebuah gedung diantara pertahanan musuh, muncul sebuah Golem setinggi lima belas meter.
Tank T-90MS segera berhenti dan segera mundur dengan cepat.
“Ada sebuah Golem muncul di hadapan kami,” kata Sergey.
“Kalau begitu, tembak kedua kakinya dan kepalanya,” kata Athena, “kelemahan Golem ada di kedua kakinya, ketika dia jatuh tembaklah kepalanya.”
“Tembak kaki kanannyanya, Joachim, dan aku akan menembak kaki kirinya,” perintah Sergey.
“Baik,” balas Joachim Alfred. Dia mengarahkan turet Tank tersebut ke arah kaki kanan Golem yang bergerak ke arahnya dan menembaknya.
Golem itu kehilangan keseimbangan, Sergey keluar dari turet Tanknya dan menembakkan granat lontar ke arah kaki kirinya. Granat berdaya ledak tinggi itu menghancurkan kaki kirinya dan membuatnya terjatuh ke belakang.
“Bagaimana, kamerad? Aku tak bisa menghancurkan kepalanya,” tanya Joachim.
“Jangan khawatir,” balas Sergey menenangkan. “Kalian lindungilah aku, aku akan menetralisir Golem dengan kekuatanku.”
“Baik,” kata Joachim Alfred dan Clauss Schmidt yang merupakan kru dari Tank T-90MS yang dikomandoi oleh Sergey von Gottorp.
Sergey berlari dengan cepat ke arah Golem yang jatuh tersebut, sambil menghindari tembakan dari para Sniper musuh dan menembaki beberapa musuhnya dengan kedua pistol yang dia bawa.
Sergey menghampiri tubuh Golem tersebut dan memilok sebuah tulisan yang ditulis dalam Bahasa Yiddish. Sergey menulis beberapa kata dalam Bahasa Yiddish yang artinya, “Kematian, Kosong, Kehampaan.”
Setelah selesai menuliskan kalimat dalam Bahasa Yiddish, tubuh Golem tersebut segera berubah menjadi debu.
“Berhasil,” kata Sergey.
Seorang Sniper yang ingin menembak Sergey, terjatuh dari atas sebuah gedung dengan tubuhnya yang terbakar.
“Kau berhutang nyawa padaku, Sergey,” kata Maximilian.
“Terima kasih, akan aku balas, Maximilian.”
Maximilian hanya tersenyum mendengar perkataan Sergey, “Kira-kira apa yang sedang dilakukan Tuan Putri?”
Athena hanya tersenyum mendengarkan ocehan dari adik sepupunya tersebut, walaupun Maximilian tujuh bulan lebih tua darinya, tapi Ayahnya Maximilian adalah adik sepupu dari Ayahnya Athena yang menjabat sebagai Stadtholder Prussia.
“Patricia, ada tiga unit Tank M1 Abrams di seberang sana. Kita akan mengeksekusi mereka satu per satu,” kata Athena pada supir Tanknya.
“Baik,” kata Patricia de Jong, seorang Perempuan yang merupakan blasteran Hollande-Maluku.
“Michelle Joasia, jangan mau kalah dengan mereka berdua. Kau adalah penyerang yang baik,” kata Athena pada kru tembaknya.
“Siap, komandan,” kata Perempuan berambut pendek sebahu berwarna coklat tersebut.
Tank tersebut bergerak maju diikuti dengan Tank M1 Abrams milik Czechskia.
“Maximilian dan Sergey. Jangan ikut campur urusanku, mengerti!”
“OK,” jawab mereka berdua yang tengah menyerang musuh.
Ketiga Tank M1 Abrams tersebut menembaki Tank T-90MS yang dikomandoi oleh Athena.
Joasia perlahan membalikkan turetnya ke belakang, Tank T-90MS itu berbelok ke kiri dan langsung menembak Tank musuh di seberangnya. Tembakan yang ditembakkan oleh Joasia menghancurkan Tank M1 Abrams musuh.
Tank T-90MS lalu berbelok dan berhenti. Kedua Tank M1 Abrams berpencar mengikuti Tank Prussia tersebut dan mereka berencana akan menghancurkan Tank yang dikomandoi oleh Athena dari depan dan belakang.