Tidak ada kemajuan berarti yang diraih oleh pihak Czechskia, melainkan beberapa Kota Uni Soviet yang diduduki oleh Czechskia telah berhasil direbut kembali dan Czechskia menderita kerugian dan korban yang lumayan besar.
Sementara itu banyak Prajurit Bayaran Afrika yang menderita sakit dan kedinginan akibat cuaca dan kondisi di wilayah perbatasan Uni Soviet dan Czechskia yang dingin. Kebanyakan dari para Prajurit Bayaran Afrika berasal dari wilayah administrasi Naples Libya, Naples Somalia, beberapa wilayah Dominion Perancis di Sub-Sahara dan Dominion Inggris Sudan yang dikenal akan cuacanya yang panas dan lingkungan yang mayoritas gurun.
“Aku kira mereka bisa diandalkan. Tapi nyatanya mereka adalah beban. Harapan kita tentang Tentara garis terdepan yang pemberani sirna akibat penyakit yang menimpa mereka. Kita tidak butuh Manusia yang pesakitan, apalagi Binatang yang tidak berguna,” keluh seorang Perwira Militer Czechskia yang melihat para Prajurit Bayaran Afrika terkapar kedinginan dan kesakitan.
“Jangan mengeluhkan kondisi mereka. Tubuh mereka begitu kaget karena ini pertama kalinya bagi mereka pergi ke medan peperangan, terlebih lagi ini Eropa dan cuacanya sedang dingin,” ujar seorang Lelaki berambut putih dan berwajah bulat tebal.
Perwira Militer berbadan cukup tingi dan kekar tersebut membalikan badannya dan menatap sosok Lelaki berbadan pendek, dengan rambut yang berwarna putih dan berwajah bulat tebal.
“Maaf jika aku sempat mengeluarkan kata yang menurutmu lancang.” Perwira tersebut meminta maaf kepada seorang Dwarf yang merupakan salah seorang Dokter senior dalam Militer.
“Tak usah dipikirkan. Sepertinya mereka salah perhitungan dengan mengontrak para Prajurit Bayaran dari Afrika.”
“Mereka hanya ingin ingin mengeluarkan sedikit modal, dan mendapatkan banyak hasil,” kata Perwira tersebut. “Namun mereka salah perhitungan, mengingat iklim dan cuaca di sini tidak sesuai dengan mereka yang berasal dari wilayah gurun di Afrika. Sehingga membuat mereka jatuh sakit akibat tidak sanggup beradaptasi.”
Lelaki dari Ras Dwarf itu meminum segelas kopi hangat, “Presiden terlalu terburu-buru dalam mengambil tindakan. Meskipun Jerman dan Amerika Utara membantu, namun sepertinya mereka tidak sepenuhnya membantu.”
“Hal itu wajar karena untuk mengoperasikan Pesawat Tempur butuh biaya yang mahal, dan juga pihak Jerman dan Amerika Utara tidak ingin terlibat konflik dengan Prussia dan Rossiya,” imbuh sang Perwira Militer. “Perang ini menguras banyak kas Negara, dan sekutu kita yang membantu setengah hati,” ungkapnya dengan nada kesal.
Dwarf itu meliriknya dan melontarkan sebuah pertanyaan, “Apakah kau setuju dengan invasi ke Saxony?”
“Aku tidak setuju,” jawabnya dengan tegas namun bersuara pelan. “Sebenarnya banyak juga yang tidak setuju akan invasi ke Saxony. Kami dipaksa untuk berperang. Namun, suka atau tidak, aku hanya bisa menjalankan tugas yang diberikan.”
“Yang penting kita laksanakan tugas kita dengan baik,” kata Dokter Dwarf tersebut. Dia berjalan menuju ke arah Barak untuk merawat Tentara yang terluka dan sakit.
.
.
Pesawat-pesawat Tempur Czechskia melakukan pemboman secara acak ke arah wilayah Saxony, Uni Soviet. Mereka tak peduli targetnya Warga Sipil atau Militer, mereka melakukan serangan tanpa pandang bulu. Sebagian serangan dari Angkatan Udara Czechskia berhasil dihalau dengan sistem pertahanan udara Pantsir, dan dua unit Pesawat F-16 Czechskia jatuh setelah dihantam oleh beberapa rudal S-300.
Serangan Czechskia menghancurkan beberapa rumah, melukai puluhan Orang dan membunuh belasan Orang. Tindakan Czechskia yang menargetkan Warga Sipil benar-benar membuat Pemerintah Uni Soviet geram.
Sedangkan pihak Czechskia berdalih bahwa mereka hanya menyerang sistem pertahanan udara Uni Soviet dan berbalik menuduh Uni Soviet bahwa mereka menggunakan penduduknya sebagai perisai hidup.
.
.
Kota Konigstein dihujani oleh mortar, artileri dan rudal oleh Tentara Czechskia. Sementara itu dua belas unit Paladin EF-2000 Typhoon tengah terbang menuju ke arah Kota Konigstein.
“Dua belas unit Paladin EF-2000 Typhoon. Masing-masing enam unit dari arah jam empat dan jam delapan tiga puluh menit,” lapor Maximilian kepada Kolonel Stanislaw Vasa, Komandan dari Batalion Mulde.
“Jatuhkan mereka dan pertahankan Kota ini apapun yang terjadi,” balas seorang Kolonel berusia tiga puluh sembilan tahun.
“Baik, dimengerti,” kata Maximilian.
Sebuah Paladin berwarna hitam telah mendarat di pusat Kota Kongitstein, “MiG-23 Cheburashka Mecklenburg-Schwerin, siap tempur,” sambung Maria melalui telepati.
“Huguenot Twins siap mendukung melalui Drone,” kata Charla di ruangannya, bersama dengan adik lima menitnya, Charlemagne. Mereka berdua tengah mengoperasikan Drone yang tengah bergerak menuju ke arah Konigstein.