Swords of Resistance

Ahmad Syarif Hidayat
Chapter #8

Bab 8, Hrodric vs Boris

Setelah beberapa jam perjalanan, para pengungsi tiba di Kota Pirna. Mereka melakukan sujud syukur karena selamat sampai tujuan tanpa mengalami serangan dan tanpa adanya halangan serta kematian.

Sambutan hangat diberikan oleh Penduduk Kota Pirna dengan memeluk Saudara-saudara mereka yang baru tiba di tempat yang aman, walaupun kemarin beberapa titik di Kota Pirna terkena serangan rudal dari Czechskia.

Para Pemuda-pemudi membagikan roti dan sebotol susu segar kepada saudara-saudara mereka yang baru tiba, sedangkan yang lainnya tengah menuntun para pengungsi menuju ke tenda-tenda darurat yang telah disiapkan sebelumnya.

“Akhirnya kita telah tiba di Pirna,” ungkap Sergey von Gottorf dengan penuh rasa syukur.

Namun kesenangan tersebut hanya terjadi sementara ketika di langit Kota Pirna terjadi sebuah ledakan, ketika sebuah rudal S-75 Uni Soviet menghancurkan sebuah rudal Scud yang ditembakkan dari wilayah Czechskia.

Para pengungsi tiarap dengan penuh ketakutan, sedangkan penduduk Kota Pirna berjongkok sambil menutup telinga mereka.

“Semuanya tenanglah, dan jangan panik,” kata Karol Erwin Schmidt, seorang Lelaki berbadan tinggi besar, berkacamata bulat dengan rambutnya yang klimis pada bagian atasnya, dan tipis pada bagian samping & belakangnya. “Sistem pertahanan ini akan melindungi kalian dari ancaman Czechskia. Tenanglah, dan jangan panik.”

Para anak kecil pengungsi berteriak histeris ketakutan ketika mendengar suara ledakan yang begitu keras di angkasa, dan para Ibu berusaha menenangkan anak-anak mereka sekaligus mengkhawatirkan Suami mereka yang tengah berperang membela Tanah Air di garis terdepan.

Michelle menatap sendu para Ibu yang mengkhawatirkan Anak (yang sudah Dewasa) dan Suami mereka yang tengah berperang di medan pertempuran.

Aku rasa, Ayah dan Ibu juga mengkhawatirkan diriku,” pikir Perempuan blasteran Hollande-Maluku tersebut.

Seorang Lelaki berambut botak dengan raut wajah yang tegas dan memancarkan aura kepemimpinan menghampiri menghampiri para Tentara Uni Soviet dan Sukarelawan dari Prussia yang baru tiba di Pirna. Dia adalah Julius Wiktor Neumann, Walikota Pirna.

“Kalian istirahatlah, biar giliran kami yang mengurus para Pengungsi dari Konigstein,” kata Walikota, “Ini adalah perintah!”

“Terima kasih atas kebaikanmu, Tuan Walikota,” kata Athena.

Beberapa unit Tank yang tersisa diparkirkan di sebuah tempat dengan beberapa pohon yang rindang, dan menyamarkan Tank mereka dengan dedaunan. Sementara itu para Sukarelawan dari Prussia mengamankan Tank mereka di dekat sebuah sungai yang terletak di timur laut dan dekat hutan pinus yang tidak begitu luas namun tidak begitu sempit, sedangkan Maria mengamankan Paladinnya di seberang sungai berjarak seratus delapan puluh tujuh meter dari Tank-tank Sukarelawan Prussia.

Para Tentara yang datang dari Konigstein beristirahat sejenak untuk menyegarkan pikiran dan mental mereka. Ini adalah Perang, di mana kau hanya memiliki dua pilihan, yaitu, membunuh atau dibunuh. Inilah Perang, di mana hanya bau bubuk mesiu dan darah yang amis yang tercium oleh indera penciumanmu.

.

.

Skala pertempuran yang terjadi pada hari ini mulai menurun, Tentara Czechskia hanya melakukan serangan-serangan berskala kecil, seperti meluncurkan beberapa rudal grad ke beberapa titik yang merupakan garis pertahanan Uni Soviet.

Di dalam negerinya, terjadi demo besar-besaran di beberapa Kota yang menuntut untuk diberhentikannya Invasi terhadap Uni Soviet. Para Demonstran Anti-invasi tersebut mengutuk dan mengecam Presiden Jaroslav yang menjadikan invasi untuk meraup banyak suara pada Pemilihan Umum yang akan datang dan juga sebagai pengalihan isu akan betapa korup Pemerintahannya serta skandal yang tengah menimpa Keluarganya.

Seorang Lelaki muda berhidung mancung dan berambut model spike berwarna hitam tengah memegangi kepalanya dengan ekspresi wajah depresi. Kepalanya tertunduk dan raut wajahnya menandakan bahwa dia sangat ketakutan. “Untuk apa sebenarnya Perang ini? Jika benar Uni Soviet salah, kenapa kita harus melakukan serangan secara acak. Apakah Rakyat mereka juga bersalah sehingga kita harus menghukum mereka?”

Lelaki tersebut menerima sebuah tendangan tepat di wajahnya, dan Orang yang menendangnya mencengkram kerah leher seragamnya.

“Kalau kau bukan rekanku, sudah pasti kau akan langsung dieksekusi di tempat!” jelasnya. “Ingat, kita hanya Prajurit yang disuruh oleh Komandan kita. Tak perlu khawatir akan dosa yang kita perbuat. Yang penting jalankan tugas-” ucapannya terpotong ketika kepalanya hancur oleh sebuah peluru yang ditembakkan oleh seorang Sniper Uni Soviet.

Lelaki tersebut kaget dengan mulut yang menganga ketika rekannya tewas diterjang oleh timah panas yang menghancurkan kepalanya. Dia berteriak sekeras-kerasnya dan segera berlari dengan cepat, namun tubuhnya terjatuh ketika timah panas menembus jantungnya.

Lihat selengkapnya