Di dalam gudang kotor seorang perempuan duduk di kursi dengan kondisi terikat dengan luka-luka, baju sobek kotor penuh darah. Dari belakangnya muncul pria bertopeng kelinci dengan pakaian serba hitam, membawa pisau besar. Si perempuan menyadari berontak dan mencoba menjerit namun tak bisa karena kain menutupi mulutnya. Tangan pria bertopeng mengayun untuk menikam. Belum sampai ke leher perempuan, suara teriakan laki laki terdengar.
“Cut!”
Sutradara membuka headphonenya berdiri dari balik monitor. Beberapa crew menghampiri talent perempuan yang duduk di kursi. Sang penjahat, aktor kelas B bernama Ryan Samudera, membuka topeng kelincinya. Ryan melihat asisten sutradara menghampirinya membawa gelas kertas berisi kopi.
“Mas Ryan, break dulu, ya. Kita prepare buat scene selanjutnya,” kata astrada.
“Ya, oke, Mas,” Ryan menjawab sambil menyeruput kopi panas.
Seorang perempuan memperhatikan dari belakang para crew, dia adalah Marcella Husen kekasih Ryan yang biasa dipanggil Cella. Cella lebih muda tujuh tahun dari Ryan yang umurnya 30 tahun. Cella melihat Ryan tersenyum. Ryan menghampiri Cella.
Cella mengusap kening Ryan dengan sapu tangannya.
“Semangat ya…” Cella tersenyum menggairahkan Ryan.
“Eh, Yang nanti kamu ada kuliah, nggak?” Ryan bertanya.
“Nggak ada, kenapa?”
“Antar aku beli kertas kado, ya.”
“Ok,” jawab Cella.
Seorang wardrobe assistant perempuan gemuk memanggil Ryan
“Mas Ryan, ganti baju dulu yuk,” Mbak Wardrobe memanggil Ryan bersiap untuk kostum scene selanjutnya. Ryan mengangguk.
“Yang aku ke backstage dulu, ya” kata Ryan sambil menyusul Mbak Wardrobe.
“Iya, sayang.”
Ryan pergi menuju backstage. Cella memperhatikan langkah Ryan. Cella melihat ke layar smartphone-nya. Cella berpikir dan menghela nafas.
Ruangan kantor berdinding gelas kaca di sebuah pencakar langit Jakarta sangat rapi dan elegan. Di kursi kantor, seorang pemuda mirip Ryan (walau tidak setampan), adalah Aries Samudera. Meja Aries penuh dengan desain parfum bermerek “Kurcaci Wangi”. Aries sedang melihat live tiktok di layar monitor-nya. Konten yang dia lihat berisi dua orang anak remaja, perempuan dan laki laki. Mereka mengiklankan produk parfum yang milik Aries.
Dua anak remaja content creator itu adalah Alexander Samudera, adik Aries dan Ryan, dan Monna Lia, pacar Alex. Mereka berdua masih SMA.
“Nahhh, gaes nih aku nemu parfum yang cocok dipakai untuk ke pesta atau makan malam bareng keluarga atau calon mertua, haha,” Alex mempromosikan parfum di tangannya.
“Selain wanginya khas parfum kurcaci ini harga terjangkau, muuuuurah banget pas deh di kantong,” sambung Monna.
Aries me-review konten itu, lalu seorang karyawannya datang masuk ke kantor.
“Pak. Ini laporan keuangan bulan lalu.”
“Turun lagi?! Harusnyakan pandemi selesai, keuntungan kita langsung rebound!” Aries hampir menyeru.
“Iya Pak, tapi dua bulan ini turun lagi, pasaran semakin banyak pendatang baru dan persaingan semakin ketat. Marketing mereka pun semakin variatif, dan…”
“Cukup! Udah kamu balik lagi kerja,” Aries memotong.
“Baik Pak, permisi.”
Karyawan meninggalkan ruangan, Aries menaruh berkas laporan dan berpikir keras.
Handphonenya berdering, sebuah panggilan video call. Suara seorang perempuan.
“Mas, bulan depan kayaknya kita udah bisa beli rumah sendiri, tabungan kita udah hampir cukup, loh,” kata Opie, istri Aries. Aries hanya menjawab dengan senyuman.
“Mas, udah beli kado?”
“Ya, bentar lagi habis keluar kantor,” jawab Aries.
“Jangan lupa, Mas. Itu penting. Buat ngeyakinin Bapak,” kata Opie menegaskan.
Di sebuah kampung pinggiran kota, terdapat kos-kosan kumuh tepat di pinggir lintasan kereta. Seorang laki-laki bernama Usman berdiri didepan cermin dan sedang mengancingkan kemejanya. Suara ketukan pintu mengagetkan Usman. Usman bergegas membuka pintu.
Berdiri seorang perempuan gemuk, rambut ikal, kulit sawo matang, menenteng buku catatan dia adalah Bu Bakmi pemilik kosan.
“Bayar kau Man, udah tanggalnya ini!’ kata Bu Bakmi sambil membuka buku catatanya.
“Iya Bumih” Usman mengangguk.
Usman mengeluarkan uang dan memberikannya. Bu Bakmi menghitung uangnya.
“Pas Man, selalu tepat waktu ya, jangan kaya si Arul itu kerjaannya nunggak mulu”
“Iya Mih”
“Ya sudah aku tinggal dulu ya”
“Iya Mih.”
Bakmi meninggalkan kostan, Usman segera memakai sepatu, di tengah memakai sepatu, suara handphonenya berdering. Usman segera mengangkatnya.
“Hallo… ehmmm… iya iya aku usahakan secepatnya” Usman mengangguk.
Usman menutup teleponnya dengan wajah kusut. Usman berdiri mengunci pintu dan meninggalkan kostannya.
Malam tiba.
Meja makan bundar berukuran besar di bawah naungan lampu kandelabra, dengan sajian makanan yang memenuhi meja, di tengah-tengah meja terdapat kue Tart dengan hiasan boneka sejoli dan baju pernikahan beserta tulisan “Happy Anniversary” yang ke-40 tahun.
Sebuah jamuan makan malam merayakan anniversary pernikahan Bapak Sandy Samudera dengan istrinya Imelda Samudera. Kedua pasangan tersebut menggunakan pakaian pernikahan mereka, Pak sandy dengan jas berwarna biru muda, dan Imelda dengan gaun merahnya. Pasangan ini masing-masing berumur 70 tahun dan 61 tahun masih tampak serasi.
Di hadapan dua sejoli veteran ada anak pertama mereka Aries Samudera dan istrinya Opie Wijayanti, Anak kedua bernama Ryan Samudera dan kekasihnya Marcella Husen, dan anak keempat yang bernama Alex Samudera dan kekasihnya Monna Lia.
Santapan hidangan lezat menyatu dengan obrolan hangat.
“Pah, Mah, selamat ulang tahun ya, semoga Papah Mamah langgeng sampai mati,” saut Opie sambil mengambil makanan.Pak Sandy hanya tersenyum.
“Makasih ya doanya, kamu juga, Pie, semoga langgeng, ya. Jangan lagi malem-malem mengetuk pintu karena berantem sama Aries hehe,” kata Imelda sambil bercanda.
Sebagian orang tertawa, suami Opie, Aries memasang wajah bete.
“Mah, Pah, selamat ya, Mamah Papah mau apa dari aku?” Kata Alex dengan penuh candaan.
“Alex, Mamah, Papah nggak mau apa-apa dari kamu. Mamah Papah cuma mau kamu jadi anak baik. Jangan sering bolos sekolah ya!’ kata Imelda dengan tegas.
Alex tersenyum malu.
“Tuh denger, yang” Monna berkata sambil menepuk bahu Alex.
“Ini aku punya kado untuk Mamah dan Papah.” Ryan memberikan kado berukuran besar kepada Mamah, Papah.
“Wah... ini apa nak, repot-repot... haha.” Sandy antusias.
“Apa Pah, coba buka!” Imelda ikut antusias.
Papah membuka kado-nya dengan menyobek kertas yang membungkus kado tersebut. Cella menggenggam tangan Ryan. Pasangan suami istri, Aries dan Opie sinis melihat Papah dan Mamah yang senang mendapatkan kado dari Ryan.
“Wah, bagus sekali nak, ini kamu yang lukis?” kata Sandy sambil mengagumi lukisan tersebut.
Sebuah kado berupa lukisan Pak Sandy dan Imelda yang sangat photorealistic.
“Iya, Pah” Ryan menjawab.
“Makasih ya, nak” kata Sandy sambil mengusap kepala Ryan.
Alex mengintip lukisan yang dipegang Papanya.