Keesokan harinya,di rumah keluarga Samudera, Imelda, Aries, Opie, Ryan, Cella, Alex, Ghani, Mbo inah, Risto duduk berkumpul dan mendengarkan Saga yang berdiri di tengah tengah mereka.
Cella memperhatikan satu persatu wajah orang yang ada di dalam rumah, Alex nunduk memainkan handphonenya.
“Menurut keterangan medis, Pak Sandy diracun, setelah diperiksa racun sianida melumpuhkan tubuh dan menghentikan detak jantung nya. Jadi Pak Sandy meninggal karena serangan racun.” Saga menjelaskan
“Diracun! Terus sayatan di lehernya itu apa? Terus kan ada barang bukti pisau.” Ryan bertanya dengan penuh rasa penasaran.
“Iya betul sekali, tadi pagi kita udah evakuasi sidik jari yang ada di pisau dan hasilnya adalah…”
Semua orang menjadi penasaran dengan lanjutan kalimat Saga.
Alex pun menghentikan jarinya yang sedang mengetik di handphone, dan mengalihkan wajahnya ke Saga.
“Sidik jari dia sendiri.” lanjut Saga
Semua bingung dan kaget.
“Jadi Papah bunuh diri gitu? Sudah minum racun terus menyayat lehernya sendiri!” Alex bertanya.
“Dari hasil lab menunjukan kalau sidik jari yang terdapat di pisau adalah sidik jari Pak Sandy. tapi untuk sementara kami belum bisa memutuskan kalau beliau bunuh diri.” Saga terus menjelasan.
“Kalau bukan bunuh diri apa dong! Bukannya sudah jelas sidik jari nya." tanya Opie.
Cella melirik ke arah Opie.
“Ya, dan untuk racunnya ternyata terdapat di minumannya. Dan tentu nya saya masih yakin pada surat ini, kalau beliau dibunuh”
Saga lanjut bertanya ke Ryan, “Saudara Ryan apa Anda melihat minuman di kamar Papah mu?”
“Eummm, pas masuk kamar... Papah lagi nulis di buku yang kemarin bapak bawa.”
“Iya, tapi yang saya tanyakan, apakah Anda melihat minuman di kamarnya?” Tegas Saga.
Ryan menunduk matanya melirik kanan kiri mencoba mengingat sesuatu.
“Kayaknya tidak ada pak.”
“Berarti terakhir Sandy minum pas makan malam, siapa yang buatkan minuman nya?” Saga bertanya kepada semua orang.
“Sa... saya Pak.” Mbok Inah menjawab dengan ragu.
“Mbo Inah... boleh Mbo ikut saya!”
Mbo inah ikut bersama Saga untuk interogasi. Tempat yang sama ketika Aries diinterogasi.
Mbok Inah duduk berhadapan Saga, Saga memperhatikan jepit yang ada di kepala Mbok Inah.
“Silahkan Mbo duduk, saya disini cuma akan melayangkan beberapa pertanyaan. Minuman apa yang Mbo bikin?”
“Cuma air teh hangat sama air putih” Jawab Inah ragu.
“Mbo sajikan untuk semua orang atau khusus untuk Pak Sandy?”
“Untuk semua orang Pak, Mbo sajikan satu teko air putih dan satu teko air teh” Inah menjelaskan.
“Ok, terus Mbo ini adalah orang pertama yang menemukan Pak Sandy meninggal. Sedang apa Mbo di kamarnya waktu itu ?”
“Kebiasaan Bapak kalau mau tidur harus minum dulu susu jahe Pak, dan tiap malam sebelum Bapak tidur pasti saya membuatkannya dan mengantarkannya ke kamar. Tapi... malam itu, malam terakhir saya buatkan susu jahe untuk Bapak.” Inah menjelaskan sambil menunduk.
“Sebelum masuk kamar apakah Mbo melihat seseorang di sekitar kamar?”
“Emmm tidak Pak.”
“Oh, oke balik lagi ke pembahasan tadi. Apa ada yang membantu Mbo dalam menyiapkan hidangan ?”
“Ada Pak. Anak saya, Ghani.”
“Boleh suruh dia kemari?”
Mbo Inah keluar ruangan interogasi dan melirik ke ruang tengah. Mbo Inah melambaikan tangan memanggil Ghani. Ghani yang sedang berbincang dengan Alex memandang bingung. Ghani menghampiri dan masuk ke dalam ruangan.
"Duduk, nak,” perintah Saga.
Ghani duduk di sebelah kursi Mbok Inah.
“Saudara Ghani apa benar kamu yang membantu ibumu menyiapkan sajian untuk makan malam?” Saga bertanya.
“Ehmm... Tidak pak.” Ghani gugup.
Mbok Inah melirik Ghani dan menepuk lututnya. Saga mengerutkan dahinya.
“Kamu kan ibu suruh malam itu buat anterin makanan dan minuman kemeja.” Inah merasa aneh.
Ghani berpikir sejenak dan terus melakukan gestur gugup.
“Ummm oh iya, benar Pak, saya bantu mengantarkan makanan sama minumannya ke meja makan.” Jawab Ghani.
“Oh oke. Saudara Ghani apa yang Anda lakukan sekitar jam sebelas malam di dapur?” Saga mengalihkan pertanyaan.
“Hah, ehmmm... Saya tidak melakukan apa apa.” Ghani bingung.
“Tapi Anda terlihat kebingungan waktu itu”
Ghani mencoba mengingatnya. “Oh…ya…ya.. waktu itu saya kelaparan Pak, lagi cari makanan.”Jawab Ghani sambil tertawa kecil.
Mbo Inah heran.
“Oke kelaparan ya. Bukannya Ibu Imelda selalu menyetok makanan di rak khusus untuk pegawai rumah? Kamu gak perlu ke dapur buat cari-cari makanan, kan?”
Ghani seperti ketahuan berbohong, ujung jempolnya tak henti diadukan.
“Itu benar, Pak, tapi, kok bapak bisa tau, ya?” Tanya Inah ke Saga.
“Saya detektif.”
Saga mengalihkan pembicaraannya ke Ghani. “Ya sudah, kalian boleh balik ke tempat. Oh ya Ghani jangan lupa sekarang makan yang banyak, supaya nanti malam tidak kelaparan lagi oket.” Saga mencatat semua hasil interogasinya.
Inah sama Ghani kembali, Saga menyusul dan izin merokok ke Imelda. “Ibu Imelda dan rekan rekan, saya ngerokok dulu sebentar, ya.”
Saga berjalan menuju arah luar, lalu menengok ke arah kerumunan sebentar, lalu membelokan arah ke lorong dapur.
Saga menelusuri dapur, Saga membuka kulkas serta lemari makanan. Terlihat banyak makanan, Saga menyelidiki tempat Ghani kebingungan menurut laporan Aries yaitu dapur yang dekat sekali dengan kamarnya, Saga masuk ke dalam kamar Ghani. Matanya berkeliaran menelusuri ruangan. Mata Saga berhenti disebuah tong sampah di bawah meja makan, Saga menuju meja makan lalu menggeserkan tong sampahnya, ternyata ada sebuah penutup lubang.
Datang beberapa orang mengenakan jaket kulit datang itu adalah satuan Saga, lalu bergegas menangkap Ghani, tangan nya diringkus dan diborgol. Semua orang berdiri dan panik. Mbo inah menangis.
Beberapa orang bertanya kepada satuan Saga. “Ada apa ini Pak? Ada apa! Kenapa anak saya dibawa?” Inah panik.
“Pak maaf Pak, kenapa dia dibawa, dia pelakunya?” Aries ikut bertanya.
“Apa dia pembunuh Papah?” Opie kepada satuan Saga.
“Nggak mungkin, nggak mungkin Ghani, Alex tau siapa Ghani” Jawab Alex.
“Ya.. Lo liat sendiri” Tegas Aries.
“Iya.. tapi belum ada bukti,” sambung Ryan membela Ghani. Alex juga mengangguk.
Saga muncul dari dapur.
Alex langsung menghampiri dan bertanya, “Pak, benar Ghani pelakunya?”
Saga tidak menjawab pertanyaan Alex.
“Ghani, saya menemukan ini di kamarmu” Saga melempar satu bungkus ganja.
Terdapat kertas menempel di bungkus ganja dengan tulisan Happy birthday Ghani, gue kasih lo bonus 1 kilo. Mbo Inah shock, melihat Ghani mempunyai ganja, Cella menenangkan Mbok inah. Imelda kaget. Dan semua orang rumah terkejut. Ghani pasrah.