20 menit kemudian.
Polisi serta satuan Saga sedang mengevakuasi kamar Pak Sandy, garis polisi melintang, Saga mengeluarkan rokok dan membakarnya. Saga berfikir keras. Seluruh orang yang ada di rumah berkumpul diruang tengah.
Saga menanyakan sesuatu kepada Baron. “Saudara Baron apa benar Anda melihat seseorang dibalik jendela?”
“Iya benar Pak, sepertinya itu orang yang bunuh Mamah, saya mencoba mengejarnya, tapi cepat sekali orang itu berlari, dan sampai saya kehilangan jejak.” jawab Baron.
Saga memanggil anggota nya yang merupakan kartunis bernama John untuk menginterogasi Baron. “John tolong minta in keterangan.
“Siap Pak.” John menjawab tegas.
John mengajak Baron menjauh sedikit dari kerumunan.
Saga kembali bertanya kepada semua orang. “Semalam siapa yang tidak ada dilokasi kejadian ?”
Nadine menjawab. “Pak Usman, dia izin pulang cepat ke Mamah, karena tidak enak badan, Pak Risto menggantikannya jaga pos, emm..”
“Maaf saya dengar pembicaraan Mamah sama Pak Usman.” Nadine sedikit canggung.
“Saudara Risto benar Anda jaga post menggantikan Usman ?” Saga bertanya ke Risto.
“Betul Pak.” Risto menjawab.
“Anda tidak dengar keributan malam itu ?”
“Mohon maaf Pak, malam itu saya ketiduran.”
Saga kesal dengan jawaban Risto “Kok bisa! jaga post itu kan jadi tugas Anda! Kok malah tidur!”
“Mohon maaf, saya belum terbiasa Pak.”
“Maaf, maaf, gimana bisa aman nih rumah kalau semua pegawainya tidur mulu kerjaan nya.” Saga memperingatkan dengan tegas.
Semua tertunduk dan terdiam. Mbok Inah sedikit menggelengkan kepala. Saga mengatur nafasnya. Kemudian Saga mengajak Nadine menjauh dari kerumunan, mereka membicarakan sesuatu.
“Mbak Nadine boleh ikut saya sebentar.”
“Iya Pak.”
Mereka berdua sedikit menjauh. Saga berbicara kepada Nadine, tidak lama setelah itu Saga dan Nadine kembali.
Saga bertanya kepada semuanya. “Ada yang tau alamat Usman ?”
“Saya tau Pak, terus izinin saya membantu Bapak mencari pembunuh Mamah.” Alex menjawab Saga dengan penuh amarah.
“Dek, Alex, kamu berdoa saja, semoga pelaku nya cepat ditemukan. Biarkan ini jadi urusan saya.” Saga menenangkan Alex.
“Nggak Pak! aku mau ikut cari pelakunya.” Alex emosi.
“De, kamu tenang ya, kita serahin aja ke Pak Saga.” Nadine ikut bicara ke Alex.
“Ahhh… Tenang gimana Kak, Mamah dibunuh, dibunuh!” Alex menjawab dengan nada keras.
“Iya Kakak ngerti, Kakak juga sedih, tapi kamu yang tenang, ya.”
“Ahhhh, kalau gitu aku cari tau sendiri.” Alex berdiri dan pergi. dengan penuh emosi membantingkan buku yang dari tadi dipegangnya.”
Suasana jadi tegang. Nadine menggelengkan kepalanya.
“Sudah, dia butuh waktu sendiri, oh iya kalau gitu saya permisi dulu. saya akan segera kabarkan kalau dapat info terbaru. Ahhh shit… ada yang tau alamat Usman selain Alex ?.” Saga bertanya ke semua orang.
“Saya tau Pak.” Mbok Inah Mengangkat tangan nya.
Keesokan harinya.
Di sebuah kampung dengan gang-gang sempit dan sepi. Saga mendatangi kosan Usman, terlihat kosan kecil, Dari kejauhan Saga melihat Usman yang sedang bernyanyi dengan rokok di tangannya. Usman menyadari Saga datang, Usman segera berlari dengan membawa tas gendong nya.
Saga pun mengejarnya. Usman lari begitu cepat, sampai Saga terpaksa mengeluarkan pistol menembakan peluru ke atas sebagai peringatan supaya Usman berhenti. Tapi Usman terus berlari.
Saga mengambil jalan pintas, tengah berlari Usman dengan panik sesekali melirik kebelakang, terlihat Saga tak terlihat, Usman Merasa capek, Usman berhenti, tarikan nafasnya sangat cepat dan tiba-tiba dari depan Saga langsung merangkulnya.
Di kosannya, Usman sudah duduk di kursi dengan kondisi panik. Saga berdiri didepan Usman, dan menanyakan sesuatu.
“Kenapa kamu lari Man?”
“Bener Pak saya tidak membunuh, saya tidak membunuh, saya tidak…” Usman menjawab sangat panik.
“Saya tidak menanyakan itu, saya tanya kenapa kamu lari?”
“Euhhhhh…saya, saya takut Pak.” Usman gelagapan.
“Takut kenapa Man?”
“Tolong Pak, beneran saya tidak membunuh.” Usman masih panik.
Kesal dengan Usman yang tidak menjawab pertanyaannya, Saga memegang erat kepala Usman dan menatapnya tajam.
“Man hey!, saya tanya kenapa kamu lari!”
“Tolong Pak saya, saya...saya...sepertinya dijebak, ya dijebak!” Jawab Usman ragu.
“Dijebak?!”
“Ada seseorang yang berusaha menjebak saya, dengan memberikan sejumlah uang, tapi saya benar-benar tidak tahu siapa pengirim nya.”
“Terus?”
“Berupa amplop, dan didalam amplop tersebut selain uang ada juga surat Pak.”
“Oke, ceritakan kejadiannya, Man”
Usman menceritakan kejadiannya. Usman berkata bahwa dia menemukan amplop berwarna coklat tepat di luar pintu kos nya dengan tulisan “Untuk Usman” Usman membuka amplop tersebut dan terlihat sejumlah uang dan satu lembar kertas. Selesai bercerita, Usman berdiri menuju kamarnya.
Saga memperhatikan Usman dan kondisi isi kosannya. Usman kembali dari kamar dan membawa suratnya.
“Ini Pak.” Usman menaruh selembar kertas diatas mejanya.
Saga membaca isi surat. “Ini ada sejumlah uang untuk kamu, untuk meringankan beban kamu, kamu bisa pergunakan uang ini untuk biaya pengobatan anak mu, dengan syarat kamu nggak usah masuk kerja dulu minimal tiga hari, mudahkan! Dan sangat menguntungkan mu bukan ! kapan lagi bolos kerja dapat uang pula, tapi awas jangan melanggar, kalau iya, saya mengawasimu.”
“Jadi anakmu lagi sakit?” Tanya Saga melanjutkan.
“Iya Pak,” jawab Usman sedih.
“Oke Man, kamu tenang dulu, saya tidak akan menangkapmu. Sekarang siapa orang yang ada di rumah Sandy, yang tau tentang anakmu yang lagi sakit dan butuh biaya ? dan kepada siapa saja kamu cerita soal anakmu ?” Tanya Saga ke Usman.
Usman berfikir dan campur takut, pandangannya kabur.
“Man kamu tidak usah takut, saya akan melindungimu.” saga menyakinkan Usman.
“Bener Pak ?”
“Janji Man.”
“Uhmmmm pertama saya cerita ke Non Cella, waktu itu dia tidak sengaja mendengar perbincangan saya ditelepon.” Usman menjelaskan.
Flashback ketika Usman cerita ke Cella. Usman tengah menelepon dekat pos, kemudian Cella datang. Usman menutup telepon nya.
“Eh Non Cella, lagi apa Non?” Sapa Usman.
“Ini Kang…lagi nunggu Ryan.”
“Kenapa nggak didalam Non ?”