SYEMA WEGARI

Elisabeth Purba
Chapter #2

Kebohongan Jati Diri

Kamar Syema dipenuhi foto Riki. Foto waktu jadi teman, saat menjadi penonton jalinan asmara Riki dan sahabat dekatnya, hingga hubungan spesial mereka berdua. Foto-foto anniversary yang pertama hingga yang terakhir sebelum hubungan kandas terpajang cantik di kamar Syema.

Syema berdiri memandangi satu persatu foto itu. Syema tergelak sambil meneteskan air mata yang seakan mengejek dirinya sendiri karena kebodohannya menerima laki-laki itu. Ia memukul-mukul kepalanya dan menendang dinding kamar berkali-kali untuk melampiaskan rasa kesalnya yang tidak bisa ia ungkapkan.

Pertemuan mereka diawali saat Riki dan Syema terlambat datang di hari pertama ospek. Saat itu siapa saja yang terlambat akan diberi hukuman. Tiga pilihan hukuman: bernyanyi, memungut sampah atau membersihkan toilet di fakultas psikologi.

Mereka kompak menjawab membersihkan toilet. Mereka saling pandang dengan jawaban yang dilontarkan, ternyata mereka satu pikiran. Tak lain dan tak bukan mereka memilih hukuman itu agar terhindar dari banyak pasang mata. Kalau bernyayi itu tidak mungkin, suara mereka akan menjadi bahan tertawaan semua orang yang ada di sana. Memunguti sampah juga bukanlah pilihan yang tepat, karena akan banyak cibiran dari orang-orang yang lewat terlebih senior yang merasa sok jago. Membersihkan toilet adalah pilihan tepat agar tidak dipelototi orang banyak.

Riki berujar kesal, “Kenapa harus terlambat hari ini ya!” Riki menaikkan ke dua alis matanya dan memekik “Kenapa telat? Kenapa dan kenapa? Ehhh ... kamu kenapa telat?” Tanya Riki pelan.

“Telat bangunlah, apalagi” Jawab Syema sembari melepaskan topinya yang terbuat dari tempurung kelapa. Tambah Syema mengusap lehernya yang keringatan, “Kamu?”

“Sama. Kok bisa ya”

“Memangnya tak ada yang banguni?”

“Ada ... alarm. Tahu sendirikan, kalau pake alarm suka nunda-nunda. Awalnya lima menit, sepuluh menit akhirnya kebablasan. Kamu sendiri?”

“Aku lupa hari”

“Ha? Lupa hari? Serius? Masih muda kok pikun” Ejek Riki sembari menepuk jidatnya.

“Ya. Ibuku tadi banguni aku, dengan santai ibu nanya hari minggu ini kan?Aku lihat ke luar jendela, anak-anak pada pergi sekolah. Aku jawab sama ibuku, seminggu lagi hari minggu, Bu. Ibuku hanya tertawa. Aku buru-buru mandi dan ternyata terlambat juga, apes lah.”

“Ngomong-ngomong nama kamu siapa?”

“Aku Syema, kamu?”

“Riki”

Kejadian membersihkan toilet membuat Syema dan Riki jadi akrab. Hingga mereka menjadi teman baik. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, baik di kampus, maupun setelah pulang kampus untuk mengerjakan tugas. Hari demi hari berlalu, hingga Syema menyimpan rasa kepada Riki yang tidak berani ia tunjukkan. Syema tidak bisa berbuat banyak, rasa yang ia miliki bukan untuk berharap bahwa Riki merasakan hal yang sama. Hingga beberapa bulan berlalu, seseorang bernama Rahayu menjadi teman dekat Syema karena rumah mereka berdekatan. Rahayu baru saja pindah dari kota lain dan ternyata mereka satu kampus. Bukan aji mumpung, tetapi Rahayu menawarkan dirinya untuk pergi bersama Syema ke kampus bersama setiap hari naik sepeda motor. Syema tidak akan menolak tawaran yang baik itu.

Suatu ketika ada tugas membuat makalah, kebetulan Syema menjadi ketua kelompok dengan dua orang anggotanya salah satunya Riki. Syema menyelesaikan tugas hingga larut malam, Riki menemaninya lewat telepon. Hingga keesokan paginya, Syema dijemput Riki untuk pergi kuliah bersama sebagai rasa terima kasih Riki. Sebelum berangkat kuliah, Ibu mengajak Riki untuk sarapan bersama .

“Masakan ibu enak ya” tukas Riki dengan mulut berisi.

“Biasa aja, Nak”

“Dulunya kita buka catering lho, Ki”

Lihat selengkapnya