SYEMA WEGARI

Elisabeth Purba
Chapter #7

Maafkan Syema, Bu!

Ibu duduk santai di ruang tamu sambil menonton TV. Ia tertawa sendiri dengan tontonan yang ia lihat. Senang rasanya melihat ibu tertawa seperti itu. Ingin rasanya aku juga melakukan hal yang sama. Tapi apa mungkin aku masih bisa tertawa seperti itu? Tertawa lepas seperti sebelum-sebelumnya. Bahkan aku harus melupakan keberadaan ibu waktu aku terpuruk, bodohnya aku tidak mau berbagi duka dengan ibu. Ibu pasti sangat cemas saat aku mengurung diri di kamar. Ibu pasti sudah menelan pil pahit dari tetangga yang sengaja mengejek karena aku tidak jadi menikah. Ibu harus menanggung malu untuk apa yang terjadi padaku. Aku jadi malu mengesampingkan keberadaan ibu, seharusnya aku menempatkan ibu sebagai orang yang paling mengerti aku dan yang akan memberikan aku solusi apapun saat aku berada dalam masalah. Aku benar-benar hilang akal saat itu. Pikiranku buntu untuk memikirkan sesuatu. Semua terjadi begitu saja. Aku tidak ingin melibatkan siapapun untuk masuk ke dalam masalahku. Itulah salahku.

“Gimana hari pertamamu kerja, Syem” tanya ibu menyunggingkan senyum.

“Biasa, Bu, belum ada beban kerja yang memaksaku untuk bekerja lebih hari ini”

“Syukurlah”

“Mungkin cuma hari ini aku bisa santai. Pekerjaan yang sempat tertunda akan segera naik ke permukaan untuk segera diselesaikan”

“Ibu masih belum bisa menerima keadaanmu seperti ini, Syem”

“Aku pun begitu, Bu. Aku masih bingung dengan diriku sendiri, mengapa aku bisa sebodoh itu”

“Ibu mau kau benar-benar pulih, Syem. Lupakan semua yang sudah terjadi. Ibu akan mencarikan jodoh untukmu. Yang baik dan kaya tentunya”

“Bu, jangan bahas jodoh sekarang, aku masih mumet mendengar kata laki-laki”

“Ya, maafkan ibu. Tapi bagaimana pun juga suatu saat kau akan punya suami. Mau tak mau itu harus di lakukan, ya kan?”

“Apa ibu malu, sudah umur segini aku belum punya suami?”

“Bukan begitu, ibu cuma mau kau bahagia. Tak ada yang lain”

“Apa dengan punya suami, ibu merasa aku akan bahagia?”

“Ya ialah. Buktinya ibu. Meski kebahagiaan ibu dengan bapak kamu hanya sebentar. Tapi ibu bahagia kalau mengingat-ingat bapakmu. Intinya, menikah itu salah satu kunci kebahagiaan, Syem”

“Tidak semua laki-laki itu sama, Bu. Bapak lain. Bapak itu pahlawan. Bapak pasti cinta mati sama ibu makanya ibu tidak pernah berpikir untuk menikah lagi. Bapak pasti laki-laki sempurna”

Lihat selengkapnya