SYEMA WEGARI

Elisabeth Purba
Chapter #12

Orang Asing

Syema turun dari ojek dengan jantung berdegup kencang. Ia merasa tidak nyaman dengan keberadaan seorang pria yang tidak dikenal berdiri di depan pagar dengan tatapan tajam. Pria berjaket hitam dengan helm yang masih melekat di kepalanya tampak beringas dengan janggutnya yang lebat. Syema membuka pintu pagar kemudian menutupnya kembali. Dengan kecurigaan, Syema memberanikan diri bertanya dengan pria yang mengerikan itu hingga membuat Syema menelan air liurnya berkali-kali. Syema sudah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi, caci maki atau apalah.

“Mau cari siapa?”

“Ada yang namanya Tika di sini?”

“Tak ada”

“Jangan bohong, aku melihatnya masuk ke sini kemarin”

“Tidak ada”

Jonathan datang dengan motornya, tanpa Syema sadari hatinya merasa tenang melihat kehadiran Jonathan. Syema membuka pintu pagar tanpa Jo minta. Jo menatap Syema heran dan menyunggingkan senyuman tipis.

“Makasih ... siapa orang itu, Syem?”

“Orang iseng”

“Hey, jangan main-main dengan saya ya, mana Tika? Atau ...”

“Atau apa?” Balas Jonathan dengan berani berdiri di depan pagar. Jo membuka pintu pagar lebih lebar lagi dan membusungkan dadanya, “Mau apa?”

“Mau ketemu dengan Tika, pasti kalian sembunyikan Tika, ya kan?”

“Jangan asal ngomong, Bung. Kami bisa saja melaporkan anda karena sudah mengganggu ketenangan kami di sini”

“Saya cuma mau ketemu dengan Tika”

“Tidak ada yang namanya seperti anda sebutkan itu. Sekarang pulanglah sebelum aku memanggil warga di sini untuk mengusir anda”

Pria itu berlalu dengan sepeda motornya. Kepulan asap yang keluar dari sepeda motor itu membuat Syema terbatuk kecil hingga mengucek matanya karena perih.

“Itu pasti orang yang mengancam Tika, ya kan, Syem?”

“Hmmm”

“Apa Tika harus tahu kalau orang tadi mencari dirinya?”

“Nggak ... Tika nggak perlu tahu hal ini. Gimana ... udah dapat solusinya?”

“Seperti yang kubilang kemarin ... kita lapor polisi, ini ancaman. Laki-laki itu bisa di penjara. Tapi apa kau tanya Tika maunya apa?”

“Sudah ah masuk dulu, kita ngobrol di dalam”

“Aku khawatir Tika akan diincar terus. Bisa saja pria tadi datang malam-malam ke sini. Ini tidak bisa dibiarkan, Syem. Kita harus segera lapor kak Donta tentang solusi yang tepat”

“Apa kau yakin?”

“Ya ... aku yakin. Telepon kak Donta sekarang”

“Apa kau tak bisa langsung meneleponnya?”

“Jangan aku, Syem, nanti kau pasti dimarahinya”

“Udahlah kau saja”

“Baiklah”

Syema menyebutkan nomor telepon kak Donta. Nomor itu ia hafal mati tanpa celah.

“Hallo, kak Donta”

Suara dari seberang, “Ya, Jo”

Jo menceritakan tentang kedatangan pria yang mengancam tadi. Kak Donta mengatakan, “Ada Syema di situ?”

Syema menyendengkan telinganya ke gagang telepon hingga menyentuh punggung tangan Jo.

Syema memberikan isyarat kepada Jo dengan melambaikan tangannya agar Jo bersandiwara untuk mengatakan bahwa Syema sedang tidak berada bersamanya. Ternyata Jo tidak bisa diajak bekerja sama untuk hal itu.

“Hmmm ... Ada, Kak” sahut Jo dengan senyum lebar.

“Tolong kasih teleponnya sama Syema”

“Ya, Kak Don” jawab Syema dengan muka cemberut dan menatap tajam Jo.

“Syem, kamu dan Jo malam ini tidur di shelter. Besok kakak ke sana, kita cari jalan keluar yang terbaik untuk Tika”

“Oke, Kak”

“Kalau ada apa-apa langsung telepon kakak ya”

“Baik, Kak” Jawab Syema lemas sembari menepuk gagang telepon di kepalanya.

 

Lihat selengkapnya