Cuti lama membuat otak Syema kosong. Nyaris seperti air tumpah yang menyisakan beberapa tetes di dalam gelas. Tetesan itulah yang menjadi bagian terpenting. Syema mengulik kembali memorinya untuk memahami beberapa catatan yang pernah ia tulis sebelumnya. Sebelum rapat dimulai, Syema terpaku dengan satu halaman kasus yang masih belum ia selesaikan. Ia membacanya berulang-ulang, hingga ia ingin segera menuntaskan kasus itu.
“Syema giliranmu!” Ujar Donta mempersilahkan dengan jempol kanannya.
“Maaf sebelumnya, Kak. Ada satu kasus yang belum saya sampaikan, ini terjadi sehari sebelum saya cuti. Sepertinya ini harus segera dituntaskan”
“Syem, kamu benar-benar ceroboh, hingga kasus yang kau anggap genting dan penting tidak kau sampaikan sama sekali. Masalahmu tidak lebih penting dari kasus korban yang ada di kantor ini. Kau bisa menelepon Lida atau aku untuk menyelesaikan kasus itu” ujar Donta dengan nada tinggi.
“Aku baru teringat tadi setelah file-nya kudapatkan, Kak”
“Kau tidak bisa seenaknya, Syem. Gara-gara masalah pribadimu, urusan pekerjaan kau kesampingkan. Apa itu namanya orang yang bertanggung jawab?”
Martha membatin, masa masalah pribadi diungkit-ungkit sih kak Don, kak Syema kan udah minta maaf. Siapa yang mau menelantarkan tanggung jawab, semua ingin bertanggung jawab untuk tugas yang diemban. Kak Syema tidak seperti yang kakak bayangkan. Ia perempuan jujur, jujur dalam bertindak dan jujur dalam bekerja.
“Apa kita mau bahas masalah pribadiku, Kak?” ujar Syema kesal dan membanting file yang ia pegang di atas meja.
Sontak Donta terdiam dengan reaksi Syema dan berseru pelan sembari mengibas rambutnya. Ia menatap tajam semua yang ada di sana, “Oke lanjutkan”
Martha tersenyum tipis dan menaikkan alis matanya. Sementara Sarma menelan air liurnya berkali-kali menyaksikan reaksi Donta yang mati kutu akibat ucapan Syema. Lida hanya menutup mulutnya dan tertunduk kaku. Lain halnya Jo, ia mengusap wajahnya sebentar kemudian menatap Syema dan Donta bergantian.
“Baiklah ... Ibu S menolak dimadu, sang suami berang hingga melemparkan gelas ke kepala korban. Saat itu ada calon istri si suami yang ikut menyaksikan kejadian tersebut. Selama ini si istri yang mencari nafkah hingga pada akhirnya mereka memiliki semuanya. Namun setelah lima tahun menikah, si suami merasa bosan dengan si istri dan menjalin hubungan dengan perempuan lain. S berniat mengadukan kejadian ini ke pihak kepolisian, namun si suami mengancam akan membunuhnya dan anaknya. Mendengar hal ini, S mengurungkan niatnya. Ia tidak mau anaknya mengalami kondisi yang mengancam nyawanya. Si suami akan mengembalikan anaknya asalkan semua surat-surat rumah, tanah, mobil di berikan si istri kepadanya. S tidak bisa mengelak, ia sudah memberikan segalanya, namun anaknya tidak kunjung diberikan si suami.”
“Gimana pendapatmu, Jo?”
“Aku bisa diskusi dengan Syema tentang ini, Kak, untuk sekarang mungkin kita bisa lanjutkan saja dulu yang lain. Aku akan mempelajari kasusnya dulu.”
Jawab Donta, “Baik lah kalau begitu” tambahnya lagi, “Kasus ini harus kau selesaikan besok Syem, jangan tunda lagi. Menunda pekerjaan itu pecundang”