SYEMA WEGARI

Elisabeth Purba
Chapter #27

Pencarian Dramatis

Mereka berhenti di alamat yang diberikan gadis itu. Ada banyak mobil dan motor yang terparkir. Syema mulai deg-degan. Ia turun dari motor dan menarik gaunnya yang mulai tertarik sedikit ke atas.

“Huuuh. Aku akan naik, Jo. Kau tunggu di sini.”

“Apa memang aku tidak boleh naik?”

“Hmmm ... kalau kau naik ... semua bisa kacau. Kau tunggu di parkiran”

“Terserah ... tapi ingat, kalau ada apa-apa denganmu kau harus meneleponku” ujar Jo kesal melebarkan bibirnya.

“Hmmm”

Syema naik ke lantai 6. Lokasi itu sebagai tempat maksiat kelas kakap yang berkedok family karaoke. Seorang penjaga mendekati Syema, “Kamu siapa?”

“Aku yang gantikan Lolita ... ”

“Hmmm ... Lolitanya mana?”

“Tak bisa datang ... Di mana Lidya?”

“Hmmm ...” sambil mikir memerhatikan gerak-gerik Syema.

Tak lama Syema mengeluarkan uang beberapa lembar untuk mengorek informasi mengenai Lidya. Si penjaga memberi isyarat dengan mulutnya bahwa Lidya baru saja sampai di tempat itu. Ia jauh lebih muda sekitar berumur 15 tahun, anak di bawah umur, parasnya cantik. Dia sedang berjalan dengan seorang perempuan paruh baya. Sepertinya itu adalah ibunya. Tapi di mana Lolita?

Si penjaga tadi mengatakan bahwa Lidya akan dijual kepada seseorang dengan harga fantastis. Ia akan dipekerjakan dengan kontrak seumur hidup. Ia akan dibawa ke luar negeri untuk melayani para pria hidung belang.

Tak lama Lidya berjalan menyusuri koridor. Syema memerhatikan gerak-gerik mereka. Si penjaga sudah mengatakan bahwa Lidya akan berada di kamar 618. Syema seolah-olah sedang menunggu seseorang.

Seorang parlente, rambut yang hampir putih semua, sepatu mengkilap, tuxedo mewah berwarna hitam dengan dasi biru. Pria itu mendekati penjaga yang tadi memberikan informasi tentang Lidya, “Siapa perempuan itu?”

“Dia temannya Lolita, sepertinya dia diutus kemari menggantikan dirinya”

“Yang benar?’

“Ya, Pak.” Tukas penjaga.

“Panggil perempuan itu ke mari”

“Nona ... dipanggil tuan yang berjas hitam”

“Ohhh” dengan santai Syema menjawab. Ia berdiri dari sofa dan memperbaiki letak bajunya, ia memegang baju bagian atasnya untuk ia tarik sedikit agar tidak terlalu ke bawah. Tak lama ia juga menarik bagian bawahnya agar tidak terlalu ke atas. Gaun yang membuat kesal, benar-benar membuat kelimpungan.

Syema berjalan melenggak di depan si pria paruh baya itu. Pria itu menyambut Syema dengan mencium tangan Syema yang diselimuti sarung tangan putih panjang sampai siku.

“Apa ada yang sudah order?”

“Belum”

“Mau ikut?”

“Ya” Ujar Syema malu-malu.

Lolita sudah sedari tadi membuntuti Syema. Di ujung koridor yang lain ada pria dengan penutup wajah juga sedang mengawasi Lolita dan Syema. Entah apa yang hendak pria berpenutup wajah itu lakukan.

HP Syema bergetar, ia membuka dompetnya dan ternyata Jonathan menelepon.

“Sebentar pak, aku terima telepon dulu” seru Syema kepada pria itu.

“Aman, Syem?” Tanya Jonathan di ujung telepon.

“Jangan nelepon aku sebelum aku meneleponmu” Tukas Syema berbisik.

“Bagaimana tidak, sudah dari tadi kau tidak memberi kabar”

Syema menutup teleponnya dan kembali mendekati pria itu. Tangan Syema digenggam erat oleh pria itu.

“Aku sudah siapkan kamar”

“Aku mau di kamar 620”

“Kenapa di situ?”

“Itu angka keberuntunganku”

“Baiklah, tidak masalah”

Pria itu mengambil HP-nya dan menelepon penjaga untuk memberikan kunci kamar 620 yang hendak mereka tempati.

Syema dan pria hidung belang menuju ke kamar.

“Aku ke toilet dulu, cantik” Tukasnya menyentuh lembut dagu Syema. Tanpa pikir panjang Syema menguncinya di kamar mandi dan dengan cepat Syema hendak keluar kamar.

“Ahhh, bahaya kalau ketahuan begini, dia bisa menelepon security. Lebih baik aku kasih obat tidur di minuman yang sudah ia pesan”

Syema menabur obat tidur di minuman pria hidung belang itu. Syema mengetuk pintu kamar mandi dan berujar, “Masih lama? Sudah nggak tahan nih”

Suara dari dalam kamar mandi menggelegar menjawab, “Nakal kamu ya cantik, sebentar lagi”

Si pria itu sudah keluar dengan memakai piyama putih. Syema mendekati pria itu dan menyodorkannya minuman, “Minumlah dulu”

“Permainanmu liar” jawab pria hidung belang itu.

Minuman itu sudah ditenggak hanya dalam hitungan detik. Hingga pria itu berdiri lunglai. Tak lama, ia menjatuhkan badannya di atas tempat tidur. Dengan mata yang berat ia berceloteh, “Mendekatlah cantik” Setelah itu pria itu menutup matanya. Syema melambaikan tangannya di wajah pria itu untuk memastikan kalau obat yang ia tuang di minuman itu manjur.

Kemudian Syema bergegas keluar. Di depan pintu kamar itu Syema menyemangati dirinya, “Kau pasti bisa Syem, pasti bisa” Kemudian Syema melangkahkan kakinya di depan kamar Lidya. Syema menyendengkan telinganya di dinding kamar Lidya. Syema dikejuti seseorang dari belakang. Itu merupakan kejutan yang membuat Syema bingung.

“Kau?” Seru Syema pelan.

“Terima kasih sudah mau datang. Aku minta bantuanmu menyelamatkan adikku”

“Ada apa sebenarnya ini, aku tidak mengerti. Tiba tiba kau waras”

“Aku memang waras, aku hanya ingin bantuan. Itu saja”

“Tapi ... ah ...”

“Bantu aku. Berdirilah di belakangku” ujar Lolita yang mengenakan pakaian room service.

Lolita mengetuk pintu kamar di mana adiknya sedang berada. Si pria hidung belang yang bersama Lidya itu membukanya. Ia langsung mendorong laki-laki itu ke dinding dan mengarahkan sebuah pisau lipat.

Lidya berteriak, “Kak”

“Shhh ... tenanglah. Aku akan membawamu keluar dari sini”

“Apa-apaan ini?” Tanya si pria hidung belang.

“Diamlah, aku tidak akan membunuhmu. Cukup tutup mulutmu itu”

Syema menelepon Jonathan, Jo hanya melihat layar ponselnya, “Berarti dia dalam kesulitan. Ini kesempatanku untuk pergi meninggalkan Syema. Menyaksikannya menderita membuatku senang”

Jo menyalakan sepeda motornya dan pergi melaju dengan kecepatan sedang. Tak lama ia memutar haluan menuju tempat itu lagi, “Brengsek. Kenapa aku jadi kasihan ya? Seharusnya aku senang kalau perempuan itu mengalami kesulitan. Bodohnya aku.Baiklah ini hanya demi kemanusiaan. Itu maumu kan, Jo?”

***

“Sekap mulutnya pakai baju yang sudah ia buka itu” Ujar Lolita kepada Syema.

Lolita mengeluarkan tali yang ia lilit di pinggangnya dan salah satu ujung tali itu ia berikan kepada Syema untuk mengikat pria itu di kursi kayu yang berada dekat tempat tidur.

Lidya memeluk Lolita dengan haru hingga ia tidak bisa menahan air matanya hinga ia sesenggukan.

“Apa kau baik-baik saja?” Tanya Lolita kepada Lidya.

“Ya, Kak”

“Aku tidak seberani ini adikku, ini semua demi dirimu. Aku tidak ingin kau dijual seperti ini, cukup aku yang menanggungnya, bukan kau”

“Sudah selesai, sekarang apa lagi? Jujur kau membuatku terjebak dengan situasi rumit ini” tukas Syema kesal dengan gelengan kepala kepada Lolita.

“Aku minta tolong sekali lagi”

“Lagi? Maksudmu?”

Lihat selengkapnya