Kak Donta, Lida, Sarma, Martha dan ibu Entina sudah duduk di ruang kerja kak Donta. Syema langsung di sambut Martha dengan senyum khasnya yang membuat Syema sedikit tenang. Syema membatin tegang, ada apa ini? Apa aku mau disidang? Apa mereka juga sudah tahu akan kematian gadis itu? Ohhh tidak, aku tidak ingin mereka menyudutkanku akan kejadian ini.
Mereka menatap Syema dengan pandangan sinis. Donta berdiri dan mengangkat kaki kirinya di atas kursi yang tadi ia duduki. Tanpa merasa ada yang janggal, Syema menyapa mereka dengan tenang.
“Pagi semua!”
Hanya Martha menyambut sapaan hangat itu. Semua mata akhirnya tertuju pada Martha seakan mengisyaratkan bahwa sapaan itu tidak perlu dijawab.
“Sudah baca koran?” Tanya Donta dengan nada tinggi
“Ada apa ya?”
“Cukup jawab, sudah atau belum” ujar Donta mencibir.
Syema mengangguk pelan dan berdiri mematung dengan kepala tertunduk.
“Apa yang sudah kau lakukan terhadapnya?”
“Apa yang kulakukan?”
“Jangan pura-pura bodoh. Semua ini karena ulahmu sehingga gadis itu melarikan diri dari sini”
“Tolong dengarkan dulu penjelasanku, Kak”
“Aku sudah dengar dari mereka”
“Siapa mereka? Apa Lida? Sarma? Ibu? Martha”
“Lida”
“Hmmm, segampang itukah kakak mendengar penjelasan dari Lida?”
“Sudah sepatutnya begitu”